BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pupuk
merupakan suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau
biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk telah
lama digunakan terutama para petani untuk meyuburkan tanaman, petama kali pupuk
ditemukan oleh Justus Von Liebig seorang ahli kimia dari jerman, pupuk tersebut
berupa tulang yang dihaluskan kemudian penemuanya dikembangkan lagi oleh John
Bannet. Definisi pupuk mancakup sebagian besar dari belerang dan nitrogen.
Saat ini
pupuk banyak di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal
pertanian. Upaya pembudidayaan tanaman dengan pupuk za meruapakan pilihan
terbaik untuk memenuhi kebutuhan unsure hara belerang, tetapi tidak baik jika
digunakan berlebihan. Dengan pupuk ini diharapkan tanaman berkembang dengan
baik sehingga dalam tanaman terdapat siklus kehidupan.
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan dari istilah bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak, yang berarti amonium sulfat (NH4SO4).
Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk ini higroskopis (mudah
menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion sulfat
larut secara kuat, sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi
menurunkan pH tanah yang
terkena aplikasinya. Sifat ini perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan
pemberiannya.
Pupuk ZA mengandung belerang
24 % dan nitrogen 21 %. Kandungan nitrogennya hanya separuh dari
urea, sehingga biasanya pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemasok hara
belerang pada tanah-tanah yang miskin unsur ini. Namun demikian, pupuk ini
menjadi pengganti wajib urea sebagai pemasok nitrogen bagi pertanaman tebu karena
tebu akan mengalami keracunan bila diberi pupuk urea.
1.2 Tujuan
Makalah
·
Mengetahui
tentang sejarah pupuk, pengertian pupuk ZA, bahan pembuatan pupuk ZA dalam
industri cara pembuatan dan aplikasinya.
·
Untuk mengetahui pengaruh pupuk Za
terhadap pertumbuhan tanaman
·
Untuk mengetahui manfaat dari pupuk
Za
1.3 Batasan
Masalah
·
Apa pengertian
dan pembuatan pupuk ZA dalam industri ?
·
Apa manfaat dari pupuk Za ?
1.4 Manfaat
Makalah
·
Sebagai sumber informasi dalam
mengetahui pengaruh pupuk Za terhadap
pertumbuhan tanaman.
·
Memberikan pengetahuan kepada
masyarakat mengenai pupuk Za terhadap pertumbuhan tanaman.
·
Sebagai bahan referensi dalam
penulisan makalah selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah dan
Definisi Pupuk Za
Di daratan
Inggris, tepatnya di Harpenden, dekat lingkaran puing-puing kuil Romawi, satu
rumah besar telah dibangun pada awal abad ketiga belas. Rothamsted Manor,
terbuat dari bata dan kayu, dikelilingi pagar dan parit yang lebar, luasnya 120
hektar, telah dihuni oleh beberapa generasi sekian abad, sampai seorang anak
delapan tahun mewarisinya pada 1814, bernama John Bannet Lawes. Lawes bersekolah di Eton, kemudian melanjutkan ke Oxford, disana ia belajar
geologi dan kimia.
Di sekolah
cambangnya tumbuh subur, namun ia tak mendapatkan gelar. Saat kembali ke
Rothamsted, ia lalu melakukan sebuah teknik pengolahan tanah yang akhirnya
mengubah cara orang bertani sejak saat itu.
Kisah John
Bannet Lewis dimulai dengan tulang, kata sebagian orang berhubungan dengan
kapur. Sebelumnya, selama berabad-abad para petani Hertfordshire telah menggali
kapur sisa mahluk laut purba yang terkubur di bawah lapisan lempung tanah
mereka untuk ditebarkan pada parit-parit di sekitar lading mereka, karena telah
terbukti menyuburkan tanaman lobak dan biji-bijian. Dari kuliahnya di Oxpord,
Lawes tahu bahwa kapur yang ditebarkan di ladang-ladang bukan merupakan makanan
tambahan bagi tanaman, melainkan bahan melunakkan tanah sehingga tidak terlalu
asam.
Jadi, apa
sesungguhnya yang menyebabkan tanaman lebih subur?
Seorang ahli
kimia jerman, justus Von Liebig, tidak lama sebelumnya mencatat bahwa
tulang-tulang yang dijadikan tepung dapat mengembalikan kebugaran tanah. Setelah
direndam dahulu dalam asam sulfat encer, tulisnya, bubuk tulang itu bahkan
lebih mudah dicerna. Lawes mencobanya di ladang lobak, dan ia terkesan.
Justus von
Liebig dikenang sebagai pelopor industry pupuk, tetapi ia mungkin tak
berkeberatan andai ia bisa menukar kehormatan itu dengan sukses luar biasa yang
diraih oleh John Bannet Lawes. Von Liebig tidak pernah berpikir untuk
mematenkan prosesnya. Setelah sadar betapa merepotkan bagi para petani yang
sibuk untuk membeli, merebus, dan menggiling tulang, kemudian membeli asam
sulfat dari pabrik gas di London untuk merendam bubuk tulang, dan menggiling
hasilnya yang menjadi keras lagi. Dan, Lawes justru mematenkan metode itu atas
namanya sendiri. Dengan paten di tangan, ia membangun pabrik pupuk buatan pertama
di dunia di Rothmasted tahun 1841. Tidak lama kemudian ia menjual “superfosfat”
kepada semua tetangganya.
Pabrik
pupuknya pindah kelahan yang lebih besar dekat Greenwich di sungai Thames.
Sewaktu penggunaan bahan penyubur tanah kimiawi menyebar, pabrik-pabrik Lawes
makin banyak, dan daftar produknyapun bertambah panjang. Produknya tidak hanya
bubuk tulang dan mineral fosfat, tetapi juga dua pupuk nitrogen: natrium nitrat
dan ammonium sulfat (keduanya belakangan digantikan dengan ammonium nitrat yang
lazim digunakan sekarang). Lagi-lagi, Von Liebig yang telah menemukan nitrogen
sebagai komponen penting asam-asam amino dan asam-asam nukleat yang vital bagi
tumbuhan itu terlambat berfikir untuk memanfaatkan temuannya. Sementara Von
Liebig sibuk menerbitkan temuannya, lawes mematenkan campuran nitratnya.
Untuk
mempelajari mana pupuk yang paling efektif, 1834 Lawes memulai rangkaian lahan
uji yang masih diterapkan sampai sekarang, yang menjadikan Rothamsted Research
baik sebagai pusat penelitian pertanian paling tua di dunia, juga sebagai
tempat eksperimen lapangan berkelanjutan yang paling lama di dunia. Lawes dan
John Henry Gilbert, ahli kimia yang menjadi mitranya selama 60 tahun, yang
sama-sama menjadi sasaran kebencian Justus von Liebig, mulai dengan menanami
dua bidang ladang: yang satu ditanami lobak, yang lain ditanami gandum. Mereka
membagi keduanya dalam 24 lajur, kemudian menerapkan perlakuan yang berbeda
kepada setiap lajur.
Kombinasi-kombinasi
yang diterapkan meliputi pemakaian pupuk nitrogen dalam jumlah banyak, sedikit,
atau tidak sama sekali; pemakaian bubuk tulang mentah, superfosfat buatannya,
atau tanpa fosfat sama sekali; pemakaian mineral-mineral seperti senyawa
kalium, magnesium, belerang, natrium; dan pemakaian pupuk kandang mentah atau
pupuk kandang olahan. Ada lajur yang ditaburi batu kapur setempat, ada yang
tidak. Tahun-tahun berikutnya, sebagai plot dirotasi dengan jelai, kacang,
havermut, semanggi, dan kentang. Sebagian lajur diistirahatkan secara berkala,
sebagian lain ditanami terus menerus dengan tumbuhan yang sama. Sebagian
difungsikan sebagai control, tanpa penambahan apa pun.
1850-an,
hasil panen bertambah ketika pupuk nitrogen dan fosfat diberikan, sedangkan
penambahan mineral mikro berpengaruh baik terhadap sebagian tanaman, tapi berpengaruh
buruk kepada tanaman lain. Bersama Gilbert, setelah pengambilan sampel yang
sangat cermat dan pencatatan hasil-hasilnya, Lawes bersedia menguji teori
apapun – entah ilmiah, awam, atau tidak masuk akal – tentang apa yang membantu
pertumbuhan tanaman. Menurut George Vaughn Dyke, penulis biografinya,
percobaannya meliputi pembuatan superfosfat dari tepung gading, dan melumuri
tanaman dengan madu. Satu eksperimen yang masih dilakukan sampai sekarang
adalah tidak menggunakan tanaman pangan sama sekali, tapi hanya menggunakan
rumput.
Sehamparan
padang penggembalaan purba tidak jauh dari Rothamsted Manor dibagi menjadi
lajur-lajur dan diberi perlakuan dengan bermacam-macam senyawa nitrogen
anorganik dan penambahan mineral. Belakangan Lawes dan Gilbert menambahkan
tepung ikan serta pupuk kandang dari ternak yang diberi bermacam-macam makanan.
Dalam abad kedua puluh, dengan peningkatan hujan asam, lajur-lajur itu dibagi
lagi, sebagian ditaburi kapur untuk menguji pertumbuhan dalam kondisi angka pH
atau keasaman berbeda-beda.
Dari
eksperimen di ladang rumput ini, mereka melihat bahwa walaupun pupuk nitrogen
anorganik membuat rumput pakan tumbuh setinggi pinggang, namun keanekaragaman
hayati menjadi korban. Sementara 50 spesies rumput, gulma, kacang-kacangan, dan
sayur-sayuran bisa tumbuh di lajur-lajur yang tidak diberi pupuk, lajur-lajur
bersebelahan yang diberi nitrogen hanya ditumbuhi dua atau tiga spesies. Karena
petani tidak ingin benih tumbuhan lain bersaing dengan benih yang mereka tanam,
mereka tidak berkeberatan dengan hasil tersebut, tetapi tidak demikian dengan
alam.
Itu suatu
paradoks, tetapi begitu juga Lawes. Pada 1870-an, setelah menjadi kaya raya, ia
menjual bisnis pupuknya tetapi gairahnya untuk bereksperimen ia lanjutkan. Di
antara beberapa hal yang diperhatikannya adalah berapa lama sebidang lahan
dapat ditanami tanpa henti. Penulis biografinya mencatat bahwa ia pernah
mengatakan bahwa petani mana pun yang berfikir dapat “menghasilkan panen sama
bermutu entah ketika ia menggunakan beberapa kilogram bahan kimia atau ketika
menggunakan sekian ton pupuk kandang,” petani itu hanya berhayal. Lawes
memberikan nasihat kepada siapa pun yang bertanam sayuran dan biji-bijian
bahwa, kalau ia yang melakukannya, ia akan “memilih sebuah tempat yang memungkinkan
pasokan besar pupuk kandang dengan harga murah”.
Perkembangan
berikutnya semakin pesat, dengan ditemukannya teknologi dan metode pembuatan
pupuk, industri-industri pertanian semakin giat berproduksi. Hingga tiba sebuah
revolusi, khususnya di dunia ketiga seperti di Indonesia, yaitu revolusi hijau,
dimana intensifikasi dan massifikasi pertanian digenjot. Dengan logika
efisiensi, kecepatan, dan produksi massal, penggunaan pupuk pun semakin massif.
negara penghasil pangan seperti Indonesia pun pada akhirnya memperoleh surplus
dan bebas pangan. Namun, luapan kegembiraan nasional ini cuma beberapa
dasawarsa saja, kini kita kembali terseok-seok dengan produksi nasional kita.
Kini kita bertarung dengan kualitas dan keberlanjutan produksi, dimana
kebutuhan meningkat, semakin banyak mulut yang ingin diberi makan, sementara
lahan semakin sempit dan kualitas lahan yang menurun drastis.
Pupuk Za atau dalam istilah bahasa
belanda yaitu Zwalvezur Ammonia (Ammonium Sulfat) adalah jenis pupuk nitrogen
yang dapat membantu tanaman dalam memenuhi kebutuhan nitrogen. Pupuk ini dapat
menghasilkan ion NH4+ yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk ini terdiri
dari senyawa Sulfur dalam bentuk Sulfat yang mudah diserap dan nitrogen dalam
bentuk amonium yang mudah larut dan diserap tanaman.
Pupuk Za mengandung belerang dan
nitrogen dengan kadar tinggi yaitu belerang 24% dan nitrogen 21%. Pupuk Za ini
memiliki banyak manfaat bagi tanaman, karena memiliki kandungan belerang yang
tinggi yaitu 24%. Belerang memiliki manfaat bagi tanaman yaitu membantu
pembentukan butir hijau daun sehingga daun menjadi lebih hijau, menambah
kandungan protein dan vitamin hasil panen dan berperan penting pada proses
pembulatan zat gula.
Pupuk Za dapat memperbaiki kualitas
dan meningkatkan produksi serta nilai gizi hasil panen dan pakan ternak karena
peningkatan kadar protein pati, gula, lemak, vitamin, dan lain-lain. Pupuk Za
memiliki sifat yaitu mudah larut dalam air, tidak higroskopis, senyawa kimianya
stabil sehingga tahan disimpan dalam waktu lama dan digunakan sebagai pupuk
dasar dan susulan serta aman digunakan untuk semua jenis tanaman.
Adapun fungsi dari unsur hara
nitrogen dan hara sulfur bagi tanaman yaitu sebagai berikut :
a. unsur hara
nitrogen
·
membuat
tanaman menjadi lebih hijau, segar, dan banyak mengandung butir hijau daun
yang penting dalam fotosintetis.
·
mempercepat
pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang, dan sebagainya).
·
menambahkan
kandungan protein hasil panen.
b. unsur hara
sulfur
·
membuat
pembentukan butir hijau daun (chlorophyl), sehingga daun menjadi lebih
hijau.
·
menambahkan
kandungan protein dan vitamin hasil panen.
·
berperan
sebagai sintesa minyak yang berguna bagi proses pembuahan zat gula.
Di samping
digunakan sebagai pupuk, amonium sulfat juga digunakan sebagai nutrisi penambah
kadar nitrogen dalam proses fermentasi, sebagai campuran cairan pemadam
kebakaran, penyamakan, makanan ternak, termasuk proses pembuatan makanan
(Hal. 726-728, Kirk-Othmer, 1994).
Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang
mengandung unsur hara N. Unsur hara N
yang berasal dari Urea dan ZA merupakan hara makro utama bagi tanaman selain P
dan K dan seringkali menjadi factor pembatas dalam produksi tanaman. Menurut
Gardner dkk, (1991), definisi N
membatasi pembesaran sel dan pembelahan sel. N berperan sebagai bahan penyusun
klorofil dan asam amino, pembentukan protein, esensial bagi aktivasi
karbohidrat, dan komponen enzim, serta menstimulasi perkembangan dan aktivitas
akar serta meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara yang lain (Olson dan Kurtz,
1982).
Wujud pupuk ini butiran
kristal mirip garam dapur dan terasa
asin di lidah. Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat
pupuk urea. Karena ion sulfat larut
secara kuat, sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi menurunkan
pH tanah yang terkena aplikasinya.
Sifat ini perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan pemberiannya.
Pupuk ZA mengandung belerang 24 % dan nitrogen
21 %. Kandungan nitrogennya hanya separuh dari urea, sehingga biasanya
pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemasok hara belerang pada tanah-tanah
yang miskin unsur ini. Namun demikian, pupuk ini menjadi pengganti wajib urea
sebagai pemasok nitrogen bagi pertanaman tebu karena tebu akan mengalami
keracunan bila diberi pupuk urea.
2.2 Pembuatan Pupuk ZA
Pupuk ZA dibuat dari gas
amoniak dan gas belerang. Persenyawaan kedua zat tersebut menghasilkan pupuk ZA
yang mengandung N 20,5 sampai 21%, bersifat tidak higroskopis. Menurut Hilman dkk, (1993, dalam Widyastuti, 1996), pupuk N dalam bentuk ammonium sulfat (ZA)
yang diberikan ke dalam tanah pertama-tama akan diserap (adsorpsi) oleh
kompleks koloid tanah dan bentuk N (NH4+) cenderung tidak
hilang dan tercuci air, sedangkan urea dapat segera larut dalam air. Tahap
akhir dalam proses pembuatan pupuk ZA adalah pengeringan.
Pengeringan adalah proses
untuk menghilangkan sejumlah cairan volatile
yang terdapat dalam padatan dengan cara evaporasi. Dalam industry pupuk
seperti ammonium sulfat (ZA), superfosfat (SP), dan natriium fosfat kalium
(NPK), proses pengeringan biasanya dilakukan dengan menggunakan rotary dryer. Untuk dapat mendesain dan
menganalisa kinerja suatu rotary dryer,
perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik pengeringan bahan padat yang
dikeringkan. Hal ini dapat dilaksanakan secara eksperimen dengan menggunakan
alat tray dryer.
Penelitian untuk memperoleh
data karakteristik telah dilakukan oleh sejumlah peneliti, antara lain :
pengeringan limbah padat dari ekstraksi minyak zaitun oleh Doymaz et al (2003),
pengeringan ampas wortel oleh Singh et al (2006), pengeringan biji anggur oleh
Roberts et al (2008), dan pengeringan limbah padat tapioca oleh Dedi dkk
(2009). Mereka melakukan penelitian penelitan pengeringan limbah padat dan
hasilnya dimodelkan dengan menggunakan model empiris untuk mendapatka parameter
karakteristik pengeringannya.
Selama proses pengeringan
dalam tray dryer terjadi peristiwa – peristiwa fundamental secara
bersamaan yang meliputi transfer panas dari media pengering (biasanya udara) ke
padatan yang dikeringkan dan transfer massa air dari padatan yang dikeringkan
ke media pengering (udara). Data-data yang diperoleh dari penelitian secara
eksperimental perlu digeneralisasi terlebih dahulu untuk dapat menaksir
parameter-parameter proses yang penting dengan menggunakan pengembangan model
matematis proses yang terjadi.
Reaksi yang terjadi selama proses pembuatan pupuk ZA di PT.PETROKIMIA
GRESIK adalah :
Pembentukan
amoniak (di unit Pabrik Amoniak):
N2 + 3H2 ®2NH3
Pembentukan
asam sulfat (di unit Pabrik Asam Sulfat):
S + O2 ®SO2
SO2 + ½ O2 ®SO3
SO3 + H2O ®H2SO4
Pembentukan
ZA (untuk Solid Base, di unit Pabrik ZA):
2NH3
+ H2SO4 ®(NH4)2SO4
Jenis Proses
Proses produksi amonium sulfat
terdiri dari berbagai proses yaitu, proses netralisasi langsung, proses
karbonasi batubara, proses gypsum (merseburg process), dan proses
absorbsi sulfur.
a. Proses
Netralisasi Langsung
Proses
produksi amonium sulfat dari reaksi amonia dan asam sulfat disebut dengan
proses netralisasi langsung. Panas dari reak si mampu menguapkan seluruh air
jika konsentrasi asam sulfat 70% atau lebih. Amonium sulfat dibuat dalam suatu
unit netralizer dengan mereaksikan gas amonia dengan asam sulfat dibawah
tekanan vakum yaitu sekitar 55–58 mmHg dengan suhu 105°C dengan reaksi sebagai berikut :
2 NH3
(g) + H2SO4 (aq) ®(NH4)2SO4 (s)
∆H = -274
kJ/mol (-65,5 kcal/mol) (Hal. 726-728, Kirk-Othmer, 1994)
b. Proses
Karbonasi Batubara
Pada tahun
1920-an, proses karbonasi batubara ini sangatlah populer di kalangan industri.
Namun pada perkembangannnya, proses ini semakin berkurang seiring dengan
meningkatnya instalasi oil-gas proccess dan penggunaan minyak serta gas alam
untuk pemanasan. Di lain pihak, batubara yang dikarbonasi tetap digunakan untuk
memproduksi amonium sulfat.
Amonium
sulfat dapat diproduksi dari batubara dengan 3 cara yaitu proses langsung proses tak
langsung, dan proses semi langsung.
·
Proses langsung dalam proses ini, semua gas yang terbentuk didinginkan terlebih dahulu
untuk menghilangkan
sejumlah tar. Kemudian terjadi reaksi phenosolvan untuk menghilangkan
phenol. Amonia akan dipisahkan dari kondensat dalam CLL (Chemie Linz-Lurgi).
Selanjutnya melewati saturator bubble (type spray), dimana reaksi amonia
dengan asam sulfat terjadi. Kristal amonium sulfat yang terbentuk dalam
cairan akan turun, kemudian dipisahkan dan dicuci dalam centrifuge lalu
dikeringkan. Kristal kering yang dihasilkan dikirim lewat conveyor
untuk disimpan.
Berikut
dapat dilihat blok diagram pembuatan amonium sulfat dengan proses langsung
:
·
Proses tak langsung pada proses
ini, gas panas dari oven didinginkan dengan resirkulasi cairan pencuci dan
air scrubbing. Campuran cairan kemudian dipanaskan dengan steam dalam
kolom stripper tipe bubble untuk melepaskan amonia bebas dalam senyawa
garam seperti amonium karbonat dan amonium sulfit. Sebagian cairan
dalam kolom stripper kemudian ditambahkan dengan larutan kapur untuk
menguraikankomponen garam seperti amonium klorida. Steam lewat melalui kolom
kedua distripping dengan amonia dan cairan kemudian dicampur dengan uap
dan diperoleh amonia mentah yang selanjutnya diubah menjadi amonium sulfat
dalamsaturator kristaliser.
Berikut dapat dilihat blok
diagram pembuatan amonium sulfat dengan proses tak langsung:
·
Proses Merseburg Proses
produksi amonium sulfat dengan proses Merseburg pertama sekali dilakukan di
Inggris pada tahun 1951 dan di India pada tahun 1967. Proses ini merupakan
reaksi antara amonium karbonat dengan gypsum. Proses ini masih digunakan di
berbagai negara dimana suplay gypsum tersedia dalam jumlah besar seperti
Inggris, Prancis, Jerman dan India.
Reaksi yang
terjadi ad alah sebagai berikut :
2NH3
+ CO2 + H2O «(NH4)2CO3
(NH4)2CO3
+ CaSO4.2H2O ®(NH4)2SO4 + CaCO3 + 2H2O
Larutan amonium karbonat jenuh digunakan dalam proses yang dibuat dengan
cara melarutkan karbondioksida dalam larutan amonium hidroksida. Karbondioksida
tersedia sebagai hasil samping pembakaran hidrokarbon. Konversi pada
reaksi kira-kira 95% sesudah lima jam, jika gypsum bereaksi sempurna dan suhu
reaksi dijaga pada 70 oC. Campuran reaksi difilter untuk
memisahkan kalsium karbonat yang terbentuk dari larutan amonium sulfat
(Hal.726-728, Kirk-Othmer, 1994).
·
Proses Absorbsi Sulfur Amonium sulfat
dapat dibuat dengan mengabsorbsi gas sulfur pada pelarut organik dan
menghasilkan sulfit atau kaya liquor dengan udara untuk memproduksi sulfat.
Kemudian ditambahkan amonia untuk menghasilkan amonium sulfat. Setelah itu
dipisahkan dari solventnya, di centrifugasi dan dikeringkan kemudian di
bagging. Solvent yang digunakan biasanya adalah xylidine atau monomethyanilin.
Banyak cara
diperkenalkan selama beberapa tahun untuk proses pembuangan gas sulfur ke udara
untuk dimanfaatkan dalam pembuatan amonium sulfat. Proses ini akan menjadi
lebih ekonomis di masa depan karena akan membantu mengurangi tingkat emisi
polusi. Pada proses ini ditemukan teknik pengurangan kadar sulfur dengan biaya
yang rendah untuk unit yang kecil. Proses ini meliputi reaksi larutan amonia
dengan sulfur dioxide dalam reaktor kristalizer untuk membentuk kristal amonium
sulfit. Gas yang tidak bereaksi dibuang keudara.
Tahapan reaksinya adalah sebagai berikut :
2NH3 + SO2 + H2O ®(NH4)2SO3
(NH4)2O3 + ½ O ®2(NH4)2SO4
2NH3 + SO2 + H2O ®(NH4)2SO3
(NH4)2O3 + ½ O ®2(NH4)2SO4
Reaksi yang terjadi berada
pada tekanan 0,1–5 atm dan suhu 200–450 oC menggunakan
katalis V2O5. Amonium Sulfit kristal dicentrifuge dari
kristaliser dan dioksidasi menjadi amonium sulfat dalam rotary dryer (Hal.
726-728, Kirk-Othmer, 1994).
2.3 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Penunjang Dan Pupuk ZA Sebagai Produk
1. Ammonia (Bahan Baku)
·
Wujud : cair
·
Kenampakan : tidak berwarna
·
Bau : khas ammonia
·
Tekanan : 3-4 kg/cm2
·
Temperatur : 85 oC
·
Komposisi
NH3 min : 99,0-99,5 % berat
H2O max : 0,5-1 % berat
2. Asam Sulfat (Bahan Baku)
·
Wujud : cair
·
Kenampakan : tidak berwarna
·
Bau : khas asam
sulfat
·
Tekanan : 5 kg/cm2
·
Komposisi
H2SO4 min : 98,0-99,5 % berat
H2O max : 0,2-2,0 % berat
3. Uresoft 150 (Bahan
Penunjang)
Uresoft 150 sebagai bahan anti caking.
Uresoft 150 sebagai bahan anti caking.
4. Ammonium Sulfat (Produk)
·
Wujud : padat
·
Bentuk : Kristal
·
Kenampakan : putih
·
Ukuran : tertahan US mesh 30
·
Komposisi:
Nitrogen min : 20,80 %
Belerang minimal : 23,8%
Asam bebas max sebagai H2SO4 : 0,10 %
H2O max : 1,0 %
2.4 Kegunaan Pupuk ZA
Bila Tanaman
Kekurangan Unsur Hara Belerang, Maka:
·
Produksi
protein tanaman menurun, pertumbuhan sel tanaman kurang aktif.
·
Terjadi
penimbunana amida bebas dan asam amino sampai batas yang berbahaya bagi
tanaman, terjadi kerusakan aktifitas fisiologis dan mudah tererang hama dan
penyakit.
·
Produksi
butir hijau daun menurun, proses asimilasi dan sintesis karbohidrat terlambat,
tanaman mengalami klorosis / kekuningan, dan hasil panen rendah.
Pupuk ZA
·
Mudah
penangannya dan ekonomis.
·
Tidak
menyerap banyak air.
·
Digunakan
sebagai pupuk dasar dan susulan.
·
Senyawa
kimianya stabil sehingga tahan disimpan dalam waktu lama.
·
Dapat
dicampur dengan pupuk lain.
·
Aman
digunakan untuk semua jenis tanaman.
Pupuk ZA
·
Memperbaiki
kualitas dan meningkatkan produksi serta nilai gizi hasil panen dan pakan
ternak karena peningkatan kadar protein pati, padi, gula, lemak, vitamin, dll.
·
Memperbaiki
rasa dan warna hasil panen.
·
Tanaman
lebih sehat dan lebih tahan terhadap gangguan lingkungan (hama, penyakit,
kekeringan)
Manfaat
Belerang Bagi Tanaman
·
Membantu
pembentukan butir hijau daun sehingga daun menjadi lebih hijau.
·
Menambah
kandungan protein dan vitamin hasil panen.
·
Meningakatkan
jumlah anakn yang menghasilkan (pada tanaman padi).
·
Berperan
penting pada proses pembulatan zat gula.
·
Memperbaiki
warna, aroma, dan kelenturan daun tembakau (khusus pada tembakau omprongan).
·
Memperbaiki
aroma, mengurangi penyusutan selama penyimpangan, memperbesar umbi bawang merah
dan baeang putih.
Gejala
Kekurangan Unsur Hara Belerang
·
Tanaman
tumbuh kerdil, kurus dan panjang.
·
Pertumbuhan
dan kematangan terlambat, terutama pada tanaman biji-bijian.
·
Pada
sebagian besar tanaman, daun muda berwarna hijau kekuning-kuningan, merah
sampai tulang daun. Pada beberapa tanaman seperti tembakau, jeruk dan kapas,
gejala lebih dahulu terlihat pada daun tua.
·
Pada tanaman
kacang-kacangan pembentukan bintil akar berkurang.
·
Buah-buahan
tidak matang sempurna dan warnanya menjadi hijau terang.
·
Timbul
bintik-bintik pada daun, seperti pada kentang.
2.5 Cara
Penggunaan Pupuk Za
·
Pupuk ZA
sangat dianjurkan sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan untuk semua jenis
tanaman.
(Unsur hara Belerang dibutuhkan tanaman sejak awal pertumbuhan)
(Unsur hara Belerang dibutuhkan tanaman sejak awal pertumbuhan)
·
Pupuk ZA
dapat dicampur dengan pupuk yang lain.
·
Dapat bersifat racun bagi tanah jika diberikan pada tanah tanpa disertai
kapur. Tanpa adanya batuan kapur, ammonium sulfat akan bebas bereaksi dengan
besi, aluminium, dan mangan membentuk racun besi, aluminium, dan mangan.
·
Kelebihan pupuk ammonium sulfat mengakibatkan tanah besifat asam. Dengan
demikian, pupuk ini harus diberikan pada tanah yang bersifat basa.
BAB III
PENUTUP
Pupuk pertama kali ditemukan dalam penelitian oleh Seorang ahli kimia
Jerman yang bernama Justus von Liebig. Ia melakukan dalam skala kecil, lalu
John Bannet Lewis memulai dengan skala besar.
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi tambahan
hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan dari istilah
bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak, yang berarti amonium sulfat (NH4SO4).
Bahan baku
utam ayag digunakan dalam pupuk za adalah amoniak (NH3) dan asam
sulfat (H2SO4)
Proses produksi pupuk za ada 5 tahap yaitu penguapan amoniak cair, pereaksian antara amoniak dan asam sulfat , pemisahan Kristal
amonium sulfat dari larutan induknya dan pengayakan Kristal, pengeringan
Kristal amonium
sulfat, dan
pengepakan produk Aplikasi pupuk ZA yaitu untuk semua jenis macam tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar