I. PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang
Sebagai
negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di Indonesia banyak
ditumbuhi pohon kelapa. Pohon kelapa memberikan banyak hasil bagi manusia mulai
dari batang, daun, buah dll. Pada pembuatan kopra atau penjual kelapa di pasar,
airnya terbuang percuma sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan terutama
yang berhubungan dengan kesuburan tanah. Jika kita mengetahui manfaat air
kelapa bahwa air kelapa telah berhasil diolah menjadi suatu produk komersial
yang sangat populer dengan nama Nata de Coco.
Seperti halnya
pembuatan beberapa makanan atau minuman hasil fermentasi, pembuatan nata juga
memerlukan bibit. Bibit tape
biasa disebut ragi, bibit tempe disebut usar, dan bibit nata de coco disebut
starter.
Bibit nata
adalah bakteri Acetobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat nata jika
ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen
melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan
menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat
atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan
dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat
berwarna putih hingga transparan, padat, kokoh, kuat dan kenyal dengan rasa
mirip kolang-kaling, yang disebut sebagai nata.
Selain
banyak diminati karena rasanya yang enak dan kaya serat, pembuatan nata de coco
pun tidak sulit dan biaya yang dibutuhkan tidak banyak sehingga dapat sebagai
alternatif usaha yang dapat memberikan keuntungan. Produk ini banyak digunakan
sebagai pencampur es krim, coktail buah, sirup, dan makanan ringan lainnya. Nata de coco dapat dipakai sebagai sumber makan rendah energi untuk
keperluan diet. Nata de coco juga mengandung serat (dietary fiber) yang sangat
dibutuhkan tubuh dalam proses fisiologi. Konon, produk ini dapat membantu
penderita diabetes dan memperlancar proses pencernaan dalam tubuh.
Acetobacter
xylinum dalam pertumbuhan dan aktivitasnya membentuk nata memerlukan suatu
media yang tepat sehingga produksi nata yang dihasilkan dapat secara optimal.
Sebagai media dalam pembentukan nata media yang digunakan haruslah memiliki
kandungan komponen-komponen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme yang dalam hal
ini yaitu acetobacter xylinum . Komponen media nata yang dibutuhkan sebagai
syarat media nata antara lain memiliki sumber karbon dapat berupa gula, sumber
nitrogen dapat berupa penambahan urea atau ZA, mineral dan vitamin yang
mendukung pertumbuhan bakteri acetobacter xylinum. Asam sitrat atau asam asetat
untuk penyedia kondisi asam yang diharapkan bakteri acetobagter xylinum.
b. Tujuan
· Untuk mempelajari cara membuat starter
· Untuk mempelajari Faktor-faktor yang
mempengaruhi pada pembuatan starter
· Untuk menggunakan air kelapa yang tadinya menjadi limbah dapat dimanfaatkan
· Untuk memanfaatkan mikroba dalam pengolahan makanan
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Air kelapa merupakan
salah satu bagian dari buah kelapa yang mengandung sedi-kit karbohidrat,
protein, lemak dan beberapa mineral. Bergantung kepada umur buah, se-tiap butir
kelapa mengandung air sekitar 230-300 ml. Adapun air kelapa tua memiliki
kandungan nutrisi yang baik bagi pertumbuhan Acetobacter xylium. Kandungan tersebut
(per 100 gram) antara lain :
·
Protein (g) 0,14
·
Lemak (g) 1,50
·
Karbohidrat (g) 4,60
·
Kalsium (mg) 15,00
·
Phosfor (mg) 0,50
·
Besi (mg) 0,20
·
Vitamin C (mg) 1,00
·
Air (g) 91,50
Air kelapa yang
digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa yang masak optimal,
tidak terlalu tua atau terlalu muda. Bahan tambahan yang diperlu-kan oleh
bakteri antara lain karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan asam asetat.
Pada ummumnya senyawa karbohidrat sederhana dapat digunakan sebagai suplemen
pembuatan nata de coco, Di antaranya adalah senyawa-senyawa maltosa, sukrosa,
lakto-sa, fruktosa dan manosa. Dalam hal ini sukrosa merupakan senyawa yang
paling ekonomis digunakan dan paling baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
bibit nata.
Strain murni Acetobacter
xylinum (bakteri pembentuk nata) dapat dibiakan pada suatu media yang disebut
starter (media bibit). Komposisi medium starter lazimnya sama dengan komposisi
medium fermentasi pada prosuksi nata de coco. Walaupun demikian pada medium
starter biasanya diberi perlakuan khusus seperti jumlah nutrisi yang banyak.
Bakteri Acetobacter xylinum, akan mengubah gula menjadi sellulosa yang
terbetuk dalam medium tersebut berupa benang-benang yang
bersama – sama polisakarida berlendir membaetuk jalinan seperti
tekstil, pada medium cair bekteri ini akan membentuk suatu massa yang kokoh
dapat mencapai ketebalan beberapa centimeter, sedangkan bakteri itu sendiri
terperangkap dalam masa fibriler yang terbentuk.
Starter
adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yangsiap
diinokulasikan pada media fermentasi. Mikroba pada starter tumbuhdengan cepat
dan fermentasi segera terjadi. Media starter biasanya identik dengan media
fermentasi. Media ini diinokulasi dengan biakan murni dariagar miring yang
masih segar (umur 6 hari). Starter baru dapat digunakan 6hari setelah
diinokulasi dengan biakan murni. Pada permukaan starter akantumbuh mikroba
membentuk lapisan tipis berwarna putih. Lapisan ini disebutdengan nata. Semakin
lama lapisan ini akan semakin tebal sehinggaketebalannya mencapai 1,5 cm.
Starter yang telah berumur 9 hari (dihitungsetelah diinokulasi dengan biakan
murni) tidak dianjurkan digunakanlagikarenakondisifisiologis
mikroba tidak optimum bagi fermentasi, dantingkat
kontaminasi mungkin sudah cukup tinggi.Volume starter disesuaikan dengan volume
media fermentasi yang akandisiapkan. Dianjurkan volume starter tidak kurang
dari 5% volume mediayang akan difermentasi menjadi nata. Pemakaian starter yang
terlalu banyak tidak dianjurkan karenatidak ekonomis.
Fermentasi dilakukan pada media cair
yang telah diinokulasi dengan starter.Fermentasi berlangsung pada kondisi aerob
(membutuhkan oksigen).Mikroba tumbuh terutama pada permukaan media.
Fermentasidilangsungkan sampai nata yang terbentuk cukup tebal (1,0 – 1,5 cm). Biasanya
ukuran tersebut tercapai setelah 10 hari (semenjak diinokulasidengan starter),
dan fermentasi diakhiri pada hari ke 15. Jika fermentasitetap diteruskan ,
kemungkinan permukaan nata mengalami kerusakan olehmikroba pencemar. Nata
berupa lapisan putih seperti agar. Lapisan ini adalah massa
mikroba berkapsul dari selulosa. Lapisan nata mengandung sisa media yang
sangatmasam. Rasa dan bau masam tersebut dapat dihilangkan
dengan perendaman dan perebusan dengan air bersih.
Mikroorganisme yang
telah lama dikenal sebagai penghasil selulosa adalah dari golongan bakteri
terutama Acetobacter. Menurut Breed et al (1957), spesies Acetobacter yang
telah dikenal antara lain Acetobacter aceti, Acetobacter orleansis, Acetobacter
liquefaciens dan Acetobacter xylinum. Acetobacter xylinum merupakan bakteri
berben-tuk batang pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan lebar , micron,
dengan per-mukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini membentuk rantai pendek
dengan satuan 6-8 sel. Bersifat ninmotil dan dengan pewarnaan Gram menunjukkan
Gram negative.
Bakteri ini tidak
membentuk endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih muda, individu
sel berada sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah tua membentuk
lapisan menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel koloninya. Pertumbu-han
koloni pada medium cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel
dan dapat dengan mudah diambil dengan jarum oase.
Bakteri ini dapat
membentuk asam dari glukosa, etil alkohol, dan propel alko-hol, tidak membentuk
indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat men-jadi CO2 dan H2O.
Sifat yang paling menonjol dari bakteri itu adalah memiliki kemam-puan untuk
mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa, selanjutnya selulosa
tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Factor lain yang dominan
mem-pengaruhi sifat fisiologi dalam pembentukan nata adalah ketersediaan
nutrisi, derajat ke-asaman, temperatur, dan ketersediaan oksigen.
III.
METODA PRAKTIKUM
a. Alat
dan Bahan
Alat yang digunakankan dalam pembuatan starter atau bibit induk untuk
pembuatan nata de coco adalah dengan mempersiapkan panci yang digunakan ntuk
memasak air kelapa nantinya, timbangan, sendok pengaduk, kompor, timbangan
duduk, gelas ukur, botol, saringan, corong
Bahan yang digunakan adalah air kelapa murni, gula pasir putih, ZA/Urea,
asam asetat glasial dan nata de coco
b. Cara
Kerja
Air kelapa mentah disaring dan dimasukan kedalam dandang / panci lalu
tambahkan gula pasir dan ZA masak sampia mendidih, setelah mendidih masukan
tambahkan asam asetat lalu panaskan sebentar. Selagi menunggu air kelapa
dipanaskan, lakukan sterilisasi pada botol dengan menggunakan autoclave ,
setelah selesai botol didinginkan, lalu masukan air kelapa yang dimasak tadi
dan tambahkan starter yang sudah ada, inkubasi selama kurang lebih 7 hari,
setelah itu lakukan pengamatan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
- Data :
a.
Air
kelapa : 2000 mL
b.
ZA : 20 gram
c.
Asam
Asetar : 50 mL
d.
Gula : 200 gram
- Data Pengamatan :
a.
Warna : Kecoklatan
b.
Tebal :
c.
Aroma : Asam, aroma air kelapa
dimalamkan
d.
Tekstur : Kenyal
b. Pembahasan
Perlakuan pertama sebelum pembuatan
starter nata, sterilisasi botol dengan suhu 121ᴼC selama 15 menit. Agar botol
yang akan digunakan sebagai pembuatan starter nata terbebas dari kuman,
bakteri dan virus atau aseptis. Air
kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa yang masak
optimal, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Asam asetat
atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air
kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat
dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat
keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam
jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organic dan anorganik lain bias
digunakan. Jika bisa, air kelapa yang digunakan jangan sampai bercampur,
maksudnya janga dicampur dengan air kelapa muda. Selain itu pemberian bubuk ZA
harus diperhatikan karena jenis ZA sangat bermacam – macam. Mungkin salah
satunya yang mengakibatkan starter seperti itu adalah salahnya penggunaan
bahan.
V. KESIMPULAN
1.
Dalam pembuatan starter nata de coco, sanitasi
peralatan dan ruangan sangatlah penting karena salah satu faktor keberhasilan
dalam pembuatan nata adalah sanitasi.
2.
Botol yang digunakan untuk starter harus disterilkan
terlebih dahulu agar mikroorganisme yang tidak diinginkan dapat mati.
3.
Dalam pengisian bibit starter larutan harus dalam
keadaan dingin, karena bila dalam keadaan panas mikrobia tidak dapat tumbuh
karena kondisinya tidak sesuai dengan kebutihanya, juga bahkan mikrobia dapat
mati.
4.
Botol yang telah diinokulasi harus ditutup dengan
menggunakan kertas dan karet
5.
Penambahan bahan harus teliti dan hati – hati
6.
Starter yang dihasikan bagus dari pada pmbuatan stater
sebelumnya karena menghasilkan bibit nata dengan baik.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet . rekayasa bioproses . politeknik
negeri sriwijaya . Palembang . 2013
VII.
JAWAB PERTANYAAN
1. Buatlah skema kerja pembuatan nata de coco?
|
|
|
|
|
|
- Sebutkan bahan nutrisi bagi mikroba
penghasil nata tersebut?
Jawab : UREA
- Sebutkan nama jeis mikroba yang
menghasilkan nata tersebut?
Jawab
: Acetobacter Xylinum
Harrah's Casino, Valley Center, CA - MapYRO
BalasHapusHarrah's 김포 출장안마 Resort Southern California, 동두천 출장안마 Casino 김천 출장샵 & Spa. Valley Center, CA. 거제 출장샵 Distance. 2 km from airport. 3.5 mi. 3.0 km from Rating: 3 · 9 votes 제주 출장안마