BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah
sepanjang pesisir pantai di Indonesia banyak ditumbuhi pohon kelapa. Pohon
kelapa memberikan banyak hasil bagi manusia mulai dari batang, daun, buah dll.
Pada pembuatan kopra atau penjual kelapa di pasar, airnya terbuang percuma
sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan terutama yang berhubungan dengan
kesuburan tanah. Jika kita mengetahui manfaat air kelapa bahwa air kelapa telah
berhasil diolah menjadi suatu produk komersial yang sangat populer dengan nama
Nata de Coco.
Seperti halnya pembuatan beberapa
makanan atau minuman hasil fermentasi, pembuatan nata juga memerlukan bibit.
Bibit tape biasa disebut ragi, bibit tempe disebut usar, dan bibit nata de coco
disebut starter.
Bibit nata adalah bakteri Acetobacter
xylinum yang akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa
yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol.
Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat
menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik
yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar
benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga
transparan, padat, kokoh, kuat dan kenyal dengan rasa mirip kolang-kaling, yang
disebut sebagai nata.
Selain banyak diminati karena rasanya
yang enak dan kaya serat, pembuatan nata de coco pun tidak sulit dan biaya yang
dibutuhkan tidak banyak sehingga dapat sebagai alternatif usaha yang dapat
memberikan keuntungan. Produk ini banyak digunakan sebagai pencampur es krim,
coktail buah, sirup, dan makanan ringan lainnya. Nata de coco dapat dipakai
sebagai sumber makan rendah energi untuk keperluan diet. Nata de coco juga
mengandung serat (dietary fiber) yang sangat dibutuhkan tubuh dalam proses
fisiologi. Konon, produk ini dapat membantu penderita diabetes dan memperlancar
proses pencernaan dalam tubuh.
Acetobacter xylinum dalam pertumbuhan
dan aktivitasnya membentuk nata memerlukan suatu media yang tepat sehingga
produksi nata yang dihasilkan dapat secara optimal. Sebagai media dalam
pembentukan nata media yang digunakan haruslah memiliki kandungan
komponen-komponen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme yang dalam hal ini yaitu
acetobacter xylinum .
Komponen media nata yang dibutuhkan
sebagai syarat media nata antara lain memiliki sumber karbon dapat berupa gula,
sumber nitrogen dapat berupa penambahan urea atau ZA, mineral dan vitamin yang
mendukung pertumbuhan bakteri acetobacter xylinum. Asam sitrat atau asam asetat
untuk penyedia kondisi asam yang diharapkan bakteri acetobagter xylinum.
1.2
Tujuan
a. Untuk
mempelajari cara membuat nata de coco
b. Untuk
mempelajari Faktor-faktor yang
mempengaruhi pada pembuatan nata de coco.
1.3
Aplikasi
Kadungan kalori yang rendah pada
Nata de Coco merupakan pertimbangan yang tepat produk Nata de Coco sebagai
makanan diet. Dari segi penampilannya makanan ini memiliki nilai estetika yang
tinggi, penampilan warna putih agak bening, tekstur kenyal, aroma segar. Dengan
penampilan tersebut maka nata sebagai makanan desert memiliki daya tarik yang
tinggi.
Dari segi ekonomi produksi nata de
coco menjanjikan nilai tambah. Pembuatan nata yang diperkaya dengan vitamin dan
mineral akan mempertinggi nilai gizi dari produk ini. Nata de Coco dibentuk
oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang mengandung gula,
sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang termasuk bakteri
asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang paling banyak dipelajari
adalah Acetobacter xylinum.
Bakteri Acetobacter xylinum
termasuk genus Acetobacter. Bakteri Acetobacter xylinum bersifat Gram negatip,
aerob, berbentuk batang pendek atau kokus.
Pemanfaatan limbah pengolahan kelapa berupa air kelapa merupakan cara
mengoptimalkan pemanfaatan buah kelapa. Limbah air kelapa cukup baik digunakan
untuk substrat pembuatan Nata de Coco.
Dalam air kelapa terdapat berbagai
nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang
terkandung dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral
yang beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/l, serta adanya faktor pendukung
pertumbuhan (growth promoting factor) merupakan senyawa yang mampu meningkatkan
pertumbuhan bakteri penghasil nata (Acetobacter xylinum).
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Nata de
Coco
Nata de coco merupakan produk hasil
proses fermentasi air kelapa dengan bantuan aktivitas Acetobacter xylinum. Nata
berasal dari bahasa spanyol yang artinya terapung. Ini sesuai dengan sifatnya
yaitu sejak diamati dari proses awal terbentuknya nata merupakan suatu lapisan
tipis yang terapung pada permukaan yang semakin lama akan semakin tebal. Nata
De Coco merupakan jenis komponen minuman yang terdiri dari senyawa selulosa
(dietry fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang
melibatkan jasad renik (mikrobia), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata.
Semula industri nata de coco
dimulai dari adanya industri rumah tangga yang menggunakan sari buah nenas
sebagai bahan bakunya. Produk ini dikenal dengan nama nata de pina. Dikarenekan
nenas sifatnya musiman, pilihan itu jatuh kepada buah kelapa yang berbuah
sepanjang tahun dan dalam jumlah yang cukup besar serta ditemukan secara merata
hamper diseluruh pelosok tanah air. Di skala industri, nata de coco sudah
dikenal sejak diperkenalkannya pada tahun 1975. tetapi, sampai saat ini,
industri nata de coco masih tergolong sedikit (di Indonesia). Padahal jika
melihat prospeknya dimasa mendatang cukup enggiurkan. Akhir-akhir ini, Negara
berkembang sedang melirik industri nata de coco.
Pada prinsipnya untuk mengha-silkan
nata de coco yang bermutu baik, maka perlu disediakan media yang dapat
mendukung aktivitas Acetobacter xylinum untuk memproduksi selulosa ekstra
seluler atau yang kemudian di sebut nata de coco.
Bakteri Acetobacter xylinum akan
dapat membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya
dengan Karbon(C) dan Nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol. Dalam
kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim akstraseluler yang
dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan
renik yang tumbuh pada air kelapa tersbeut, akan dihasilkan jutaan lembar
benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga
transparan, yang disebut sebagai nata.
Nata yang dihasilkan tentunya bisa
beragam kualitasnya. Kualitas yang baik akan terpenuhi apabila air kelapa yang
digunakan memenuhi standar kualitas bahan nata, dan prosesnya dikendalikan
dengan cara yang benar berdasarkan pada factor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan aktivitas Acetobacter xylinum yang digunakan. Apabila rasio
antara karbon dan nitrogen diatur secara optimal, dan prosesnya terkontrol
dengan baik, maka semua cairan akan berubah menjadi nata tanpa meninggalkan
residu sedikitpun. Oleh sebab itu, definisi nata yang terapung di atas caian
setelah proses fermentasi selesai, tidak berlaku lagi.
Air kelapa yang digunakan dalam
pembuatan nata harus berasal dari kelapa yang masak optimal, tidak terlalu tua
atau terlalu muda. Bahan tambahan yang diperlukan oleh bakteri antara lain
karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan asam asetat. Pada ummumnya senyawa
karbohidrat sederhana dapat digunakan sebagai suplemen pembuatan anta de coco,
diantaranya adalah senyawa-senyawa maltosa, sukrosa, laktosa, fruktosa dan
manosa. Dari beberapa senyawa karbohidrat sederhana itu sukrosa merupakan
senyawa yang paling ekonomis digunakan dan paling baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan bibit nata. Adapun dari segi warna yang paling baik digunakan
adalah sukrosa putih.
Sukrosa coklat akan mempengaruhi
kenampakan nata sehingga kurang menarik. Sumber nitrogen yang dapat digunakan
untuk mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri nata dapat berasal dari nitrogen
organic, seperti misalnya protein dan ekstrak yeast, maupun Nitrogen an organic
seperti misalnya ammonium fosfat, urea, dan ammonium slfat. Namun, sumber
nitrogen anorganik sangat murah dan fungsinya tidak kalah jika dibandingkan
dengan sumber nitrogen organic. Bahkan diantara sumber nitrogen anorganik ada
yang mempunyai sifat lebih yaitu ammonium sulfat. Kelebihan yang dimaksud
adalah murah, mudah larut, dan selektif bagi mikroorganisme lain.
Asam asetat atau asam cuka
digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam
asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat dengan
konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang
diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan
asetat, asam-asam organic dan anorganik lain bias digunakan.
Acetobacter Xylinum merupakan
bakteri berbentuk batang pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan lebar ,
micron, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bias membentuk
rantai pendek dengan satuan 6-8 sel. Bersifat ninmotil dan dengan pewarnaan
Gram menunjukkan Gram negative.
Bakteri ini tidka membentuk
endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih muda, individu sel berada
sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah tua membentuk lapisan
menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel koloninya. Pertumbuhan koloni pada
medium cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel dan dapat
dengan mudah diambil dengan jarum oase.
Bakteri ini dapat membentuk asam
dari glukosa, etil alcohol, dan propel alcohol, tidak membentuk indol dan
mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan H2O. sifat yang
paling menonjol dari bakteri itu adalah memiliki kemampuan untuk
mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya selulosa
tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Factor lain yang dominant
mempengaruhi sifat fisiologi dalam pembentukan nata adalah ketersediaan
nutrisi, derajat keasaman, temperature, dan ketersediaan oksigen.
Bakteri Acetobacter Xylinum
mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel didefinisikan sebagai pertumbuhan
secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Bakteri Acetobacter Xylinum
mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan
awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan
tetap, fase menuju kematian, dan fase kematian.
Factor-faktor yang mempengaruhi
Acetobacter Xylinum mengalami pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon, sumber
nitrogen, serta tingkat keasaman media temperature, dan udara (oksigen. Senyawa
karbon yang dibutuhkan dalam fermentasi nata berasal dari monosakarida dan
disakarida. Sumber dari karbon ini yang paling banyak digunakan adalah gula.
Sumber nitrogen bias berasal dari bahan organic seperti ZA, urea. Meskipun
bakteri Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh
optimal bila pH nya 4,3. sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri
Acetobacter Xylinum pada suhu 28 – 31 0 C. bakteri ini sangat memerlukan
oksigen. Sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya
ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat mengakibatkan
kontaminasi.
2.2 Sejarah Pembuatan
Nata
Dalam sejarahnya, industri
pembuatan nata diawali di tingkat rumah tangga, yaitu dengan menggunakan sari
buah nanas sebagai bahan bakunya. Produk yang dihasilkan diberi nama nata de
pina. Oleh karena nanas bersifat musiman, industri pembuatan nata de pina tidak
dapat berlangsung sepanjang tahun. Untuk mengatasi hal tersebut, dicari
alternatif penggunaan bahan lain yang bisa tersedia dengan mudah sepanjang
tahun dan murah harganya. Pilihan tersebut kemudian jatuh pada air kelapa,
yaitu limbah dari industri pembuatan kopra atau minyak goreng. Nata yang
dihasilkan dari air kelapa disebut nata de coco.
Di Indonesia, nata de coco mulai
dicoba pada tahun 1973 dan mulai diperkenalkan pada 1975. Produk ini mulai
dikenal luas di pasaran sejak tahun 1981. Dengan semakin digemarinya nata de
coco di Indonesia, mulailah bermunculan beberapa industri pengolah nata de coco
di Tanah Air. Selanjutnya nata de coco dapat dikembangkan sebagai salah satu
komoditas ekspor ke berbagai negara nontropis, seperti Jepang, Amerika Serikat,
dan negara-negara di Eropa. Permintaan nata de coco akan meningkat tajam pada
saat menjelang hari raya Natal, Lebaran, Tahun baru, dan peristiwa-peristiwa
penting lainnya.
2.3 Aneka Rasa Nata
Istilah nata berasal dari bahasa
Spanyol yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai natare, yang berarti
terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu
(molases), limbah cair tahu, atau sari buah (nanas, melon, markisa, pisang,
jeruk, jambu biji, stroberi, dan lain-lain). Pemberian nama untuk nata
tergantung dari bahan baku yang digunakan. Nata de pinna untuk yang berasal
dari nanas, nata de tomato untuk tomat, serta nata de soya yang dibuat dari
limbah tahu.
Dalam perkembangan industri nata
belakangan ini, bahan pangan ini umumnya dibuat dari air kelapa. Nata dengan
rasa buah dibuat dari air kelapa, tetapi ditambahkan citarasa buah. Kita pun
mudah mendapatkan produk nata dengan rasa vanila, stroberi, pisang, jeruk,
jambu biji, nanas, dan lain-lain. Adanya beragam rasa ini mempunyai arti
penting dalam upaya memasyarakatkan produk ini di Indonesia.
2.4 Faktor – factor
yang Mempengaruhi Produksi Nata
Untuk menghasilkan produksi nata yang maksimal perlu
diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Temperatur ruang
inkubasi
Temperatur
ruang inkubasi harus diperhatikan karena berkaitan dengan pertumbuhan bakteri
Acetobacter Xylinum dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pada umumnya
suhu fermentasi untuk pembuatan nata adalah pada suhu kamar (280C). Suhu yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi akan mengganggu pertumbuhan bakteri pembentuk nata,
yang akhirnya juga menghambat produksi nata.
2. Jenis dan
konsentrasi Medium
Medium fermentasi ini harus banyak mengandung
karbohidrat (gula) di samping vitamin dan mineral, karena pada hakekatnya nata
tersebut adalah slime (menyerupai lendir) dari sel bakteri yang kaya selulosa
yang diproduksi dari glukosa oleh bakteri Acetobacter Xylinum. Bakteri ini
dalam kondisi yang optimum memiliki kemampuan yang luar biasa untuk memproduksi
slime sehingga slime tersebut terlepas dari sel vegetatif bakteri dan
terapung-apung di permukaan medium.
Pembentukan nata terjadi karena proses pengambilan
glukosa dari larutan gula yang kemudian digabungkan dengan asam lemak membentuk
precursor (penciri nata) pada membran sel. Prekursor ini selanjutnya
dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan bersama enzim mempolimerisasi glukosa
menjadi selulosa yang merupakan bahan dasar pembentukan slime. Kadar
karbohidrat optimum untuk berlangsungnya produksi nata adalah 10%.
3. Jenis dan
konsentrasi stater
Pada umumnya Acetobacter Xylinum merupakan stater
yang lebih produktif dari jenis stater lainnya, sedang konsentrasi 5-10%
merupakan konsentrasi yang ideal.
4. Kebersihan
alat
Alat-alat yang tidak steril dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum. Sedangkan alat-alat yang steril dapat
mendukung pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum.
5. Waktu
fermentasi
Waktu fermentasi yang digunakan dalam pembuatan nata
umumnya 2-4 minggu. Minggu ke-4 dari waktu fermentasi merupakan waktu yang
maksimal produksi nata, yang berarti lebih dari 4 minggu, maka kualitas nata
yang diproduksi akan menurun.
6. pH fermentasi
Derajat keasaman yang dibutuhkan dalam pembuatan
nata adalah 3-5 atau dalam suasana asam. Pada kedua kondisi pH optimum,
aktifitas enzim seringkali menurun tajam. Suatu perubahan kecil pada pH dapat menimbulkan perbedaan
besar pada kecepatan beberapa reaksi enzimatis yang amat penting bagi
organisme.
7. Tempat
fermentasi
Tempat fermentasi sebaiknya tidak terbuat dari logam
karena mudah korosif yang dapat mengganggu pertumbuhan mikroorganisme pembentuk
nata. Di samping itu tempat fermentasi sebaiknya tidak terkena cahaya matahari
langsung, jauh dari sumber panas, dan harus berada dalam kondisi steril. Selain
itu, dalam pembuatan nata juga harus diperhatikan bahwa selama proses
pembentukan nata langsung harus dihindari gerakan atau goncangan ini akan
menenggelamkan lapisan nata yang telah terbentuk dan menyebabkan terbentuknya
lapisan nata yang baru yang terpisah dari nata yang pertama. Hal ini
menyebabkan ketebalan produksi nata tidak standar
2.5 Kandungan Gizi Nata
Dilihat dari zat gizinya, nata
tidak berarti apa-apa karena produk ini sangat miskin zat gizi. Karena
kandungan zat gizi (khusunya energi) yang sangat rendah, produk ini aman untuk
dimakan siapa saja. Produk ini tidak akan menyebabkan kegemukan, sehingga
sangat dianjurkan bagi mereka yang sedang diet rendah kalori. Keunggulan lain
dari produk ini adalah kandungan seratnya yang cukup tinggi terutama selulosa.
Peran utama serat dalam makanan adalah pada kemampuannya mengikat air yang
dapat melunakkan feses.
Makanan dengan kandungan serat
kasar yang tinggi dapat mengurangi berat badan. Serat makanan akan tinggal dalam saluran
pencernaan dalam waktu yang relative singkat sehingga absorpsi zat makanan
berkurang. Selain itu, makanan yang mengandung serat yang relative tinggi akan
memberikan rasa kenyang karena komposisi karbohidrat kompleks yang menghentikan
nafsu makan sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi makanan. Makanan dengan
kandungan serat kasar relative tinggi biasanya mengandung kalori rendah, kadar
gula, dan lemak rendah yang dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas dan
penyakit jantung.
2.6 Acetobacter
Ciri-ciri Acetobacter adalah selnya
berbentuk bulat panjang sampai batang lurus atau agak bengkok, ukurannya
0,6-0,8 x 1,0-3,0 μm, terdapat dalam bentuk tunggal berpasangan atau dalam
bentuk rantai. Acetobacter merupakan aerobic sejati, membentuk kapsul, bersifat
nonmotil dan tidak mempunyai spora, suhu optimumnya adalah 30oC. Spesies
Acetobacter yang terkenal adalah Acetobacter aceti, Acetobacter orlenensis,
Acetobacter liquefasiensis, dan Acetobacter xylinum.
Meskipun ciri-ciri yang dimiliki
hampir sama dengan spesies lainnya Acetobacter xylinum dapat dibedakan dengan
yang lain karena sifatnya yang unik. Bila Acetobacter xylinum ditumbuhkan pada
medium yang mengandung gula. Bakteri ini dapat memecah komponen gula dan mampu
membentuk suatu polisakarida yang dikenal dengan selulosa ekstraseluler.
2.6.1 Jenis – jenis Acetobacter
Adapun
jenis-jenis bakteri Acetobacter adalah sebagai berikut :
a. Acetobacter
acetii, ditemukan oleh Beijerinck pada tahun 1898. Bakteri ini penting
dalam produksi asam asetat, yang mengoksidasi alkohol menjadi asam asetat.
Banyak terdapat pada ragi tapai, yang menyebabkan tapai yang melewati 2 hari
fermentasi akan menjadi berasa masam.
b. Acetobacter
xylinum, bakteri ini digunakan dalam pembuatan nata de coco. Acetobacter
xylinum mampu mensintesis selulosa dari gula yang dikonsumsi. Nata yang
dihasilkan berupa pelikel yang mengambang dipermukaan substrat. Bakteri ini
juga terdapat pada produk kombucha yaitu fermentasi dari teh.
c. Acetobacter
suboxydans, bakteri ini dapat mengubah glukosa menjadi asam askorbat ( vitamin C ).
d. Acetobacter
orleanensis, bakteri ini dapat mengubah etanol menjadi cuka
e. Acetobacter
indonesianensis, ditemukan pada tahun 2001. Bakteri ini merupakan bakteri
asli Indonesia.
f. Acetobacter
cibinongensis, bakteri ini berasal dari daerah Cibinong.
g. Acetobacter
syzygii, ditemukan pada tahun 2002. Bakteri ini berasal dari buah sirsak
h. Acetobacter
tropicalis, ditemukan pada tahun 2001. Bakteri ini berasal dari daerah
tropis.
i. Acetobacter
bogoriensis, bakteri ini berasal dari daerah tropis.
2.6.2 Acetobacter xylinum
Bakteri pembentuk nata termasuk kedalam golongan
Acetobacter, yang mempunyai ciri – ciri antara lain : ”sel bulat panjang sampai
batang (seperti kapsul), tidak mempunyai endospora, sel – selnya bersifat gram
negatif, bernafas secara aerob tetapi dalam kadar yang kecil (Pelczar dan Chan,
1988). Acetobacter xylinum dapat dibedakan dengan spesies yang lain karena
sifatnya yang bila ditumbuhkan pada medium yang kaya komponen gula, bakteri ini
dapat memecah komponen gula dan mampu membentuk suatu polisakarida yang dikenal
dengan selulosa ekstraseluler.
Acetobacter xylinum mempunyai tiga enzim yang aktif,
yaitu enzim kinase, enzim ekstraseluler selulosa polimerase, dan enzim protein
sintetase. Enzim ekstraseluler selulosa polimerase aktif pada pH 4 yang
berfungsi untuk membentuk benang-benang selulosa (nata). Enzim protein
sintetase aktif pada pH 3-6 yang berfungsi untuk mengubah makanan yang
mengandung C, H, O, dan N menjadi protein.
Dalam medium cair, Acetobacter xylinum mampu
membentuk suatu lapisan yang dapat mencapai ketebalan beberapa sentimeter.
Bakteri terperangkap dalam benang – benang yang dibuatnya. Untuk menghasilkan
massa yang kokoh, kenyal, tebal, putih, dan tembus pandang perlu diperhatikan
suhu fermentasi (inkubasi), komposisi medium dan pH medium.
·
Klasifikasi ilmiah dari
Acetobacter xylinum :
·
Kerajaan : Bacteria
·
Filum : Proteobacteria
·
Kelas : Alpha
Proteobacteria
·
Ordo : Rhodospirilia
·
Famili :
Pseudomonadaceae
·
Genus : Acetobacter
·
Spesies : Acetobacter
xylinum
Mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase
adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase
pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase
kematian. Adapun tahap – tahap pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dalam
kondisi normal.
a.
Fase adaptasi
Begitu dipindahkan ke media baru, bakteri
Acetobacter xylinum tidak langsung tumbuh dan berkembang. Pada fase ini,
bakteri akan terlebih dahulu menyesuaikan diri dengan substrat dan kondisi
lingkungan barunya. Fase adaptasi bagi Acetobacter xylinum dicapai antara 0 –
24 jam atau ± 1 hari sejak inokulasi.
b.
Fase pertumbuhan awal
Pada fase ini, sel mulai membelah dengan kecepatan
rendah. Fase ini menandai diawalinya fase pertumbuhan eksponensial. Fase ini
dilalui dalam beberapa jam.
c.
Fase pertumbuhan eksponensial
Fase ini disebut juga sebagai fase pertumbuhan
logaritmik, yang ditandai dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Untuk bakteri
Acetobacter xylinum, fase ini dicapai dalam waktu antara 1- 5 hari tergantung
pada kondisi lingkungan. Pada fase ini juga, bakteri mengeluarkan enzim
ekstraseluler polimerase sebanyak – banyaknya untuk menyusun polimer glukosa
menjadi selulosa.
d.
Fase pertumbuhan diperlambat
Pada fase ini, terjadi pertumbuhan yang diperlambat
karena ketersediaan nutrisi yang telah berkurang, terdapatnya metabolit yang
bersifat toksik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, dan umur sel yang
telah tua.
e.
Fase stasioner
Pada fase ini, jumlah sel yang tumbuh relatif sama
dengan jumlah sel yang mati. Penyebabnya adalah di dalam media terjadi
kekurangan nutrisi, pengaruh metabolit toksik lebih besar, dan umur sel semakin
tua. Namun pada fase ini, sel akan lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang
ekstrim jika dibandingkan dengan ketahanannya pada fase lain. Matrik nata lebih
banyak diproduksi pada fase ini.
f.
Fase menuju kematian
Pada fase ini, bakteri mulai mengalami kematian
karena nutrisi telah habis dan sel kehilangan banyak energi cadangannya.
g.
Fase kematian
Pada fase ini, sel dengan cepat mengalami kematian,
dan hampir merupakan kebalikan dari dase logaritmik. Sel mengalami lisis dan
melepaskan komponen yang terdapat di dalamnya.
2.6.3 Sifat-sifat Acetobacter xylinum
1.
Sifat Morfologi
Acetobacter xylinum merupakan bakteri berbentuk batang
pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan lebar 0,6 mikron, dengan permukaan
dinding yang berlendir. Bakteri ini bisa membentuk rantai pendek dengan satuan
6 – 8 sel. Bakteri ini tidak membentuk
endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih muda, individu sel berada
sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah tua membentuk lapisan
menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel dan koloninya. Pertumbuhan koloni
pada medium cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel dan dapat
dengan mudah diambil dengan jarum ose.
2.
Sifat Fisiologi
Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil
alkohol, dan propil alkohol, tidak membentuk indol dan mempunyai kemampuan
mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan H2O. Sifat yang paling menonjol dari
bakteri ini adalah memiliki kemampuan mempolimerisasi glukosa hingga menjadi
selulosa. Selanjutnya, selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai
nata. Faktor – faktor dominan yang mempengaruhi sifat fisiologi dalam
pembentukan nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperatur, dan
ketersediaan oksigen.
2.6.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Acetobacter xylinum
Adapun
beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi nutrisi, adalah sebagai
berikut:
a. Sumber karbon
Sumber karbon yang dapat digunakan dalam fermentasi
nata adalah senyawa karbohidrat yang tergolong monosakarida dan disakarida.
Pembentukan nata dapat terjadi pada media yang mengandung senyawa – senyawa
glukosa, sukrosa, dan laktosa. Sementara yang paling banyak digunakan
berdasarkan pertimbangan ekonomis, adalah sukrosa atau gula pasir.
Penambahan sukrosa harus mengacu pada jumlah yang
dibutuhkan. Penambahan yang berlebihan, disamping tidak ekonomis akan
mempengaruhi tekstur nata, juga dapat menyebabkan terciptanya limbah baru
berupa sisa dari sukrosa tersebut. Namun sebaliknya, penambahan yang terlalu
sedikit, menyebabkan bibit nata menjadi tumbuh tidak normal dan nata tidak
dapat dihasilkan secara maksimal.
b.Sumber nitrogen
Sumber nitrogen bisa digunakan dari senyawa organik
maupun anorganik. Bahan yang baik bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum dan
pembentukan nata adalah ekstrak yeast dan kasein. Namun, amonium sulfat dan
amonium fosfat (di pasar dikenal dengan ZA) merupakan bahan yang lebih cocok
digunakan dari sudut pandang ekonomi dan kualitas nata yang dihasilkan. Banyak sumber
N lain yang dapat digunakan dan murah seperti urea.
c. Tingkat keasaman
(pH)
Meskipun bisa tumbuh pada kisaran pH 3,5 – 7,5 ,
bakteri Acetobacter xylinum sangat cocok tumbuh pada suasana asam (pH 4,3).
Jika kondisi lingkungan dalam suasana basa, bakteri ini akan mengalami gangguan
metabolisme selnya.
d. Temperatur
Adapun suhu ideal (optimal) bagi pertumbuhan bakteri
Acetobacter xylinum adalah 280C – 310C. Kisaran suhu tersebut merupakan suhu
kamar. Pada suhu di bawah 280C, pertumbuhan bakteri terhambat. Demikian juga,
pada suhu diatas 310C, bibit nata akan mengalami kerusakan dan bahkan mati,
meskipun enzim ekstraseluler yang telah dihasilkan tetap bekerja membentuk
nata.
e. Udara (oksigen)
Bakteri Acetobacter xylinum merupakan mikroba
aerobik. Dalam pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitasnya, bakteri ini sangat
memerlukan oksigen. Bila kekurangan oksigen, bakteri ini akan mengalami
gangguan dalam pertumbuhannya dan bahkan akan segera mengalami kematian. Oleh
sebab itu, wadah yang digunakan untuk fermentasi nata de coco, tidak boleh
ditutup rapat. Untuk mencukupi kebutuhan oksigen, pada ruang fermentasi nata
harus tersedia cukup ventilasi
2.6.5 Aktifitas Acetobacter xylinum pada fermentasi
nata
Apabila ditumbuhkan dalam media yang kaya akan
sukrosa (gula pasir), bakteri ini akan memecah sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa. Senyawa – senyawa glukosa dan fruktosa tersebut baru dikonsumsi
sebagai bahan bagi metabolisme sel. Bakteri Acetobacter xylinum merombak gula
untuk memperoleh energi yang diperlukan bagi metabolisme sel. Selain itu,
bakteri ini juga mengeluarkan enzim yang mampu menyusun (mempolimerisasi)
senyawa glukosa menjadi polisakarida yang dikenal dengan selulosa ekstraseluler
(nata de coco).
Fruktosa, selain digunakan sebagai sumber energi, bahan
dasar nata setelah dihidrolisis menjadi glukosa, juga berperan sebagai induser
bagi sintesis enzim ekstraseluler polimerase. Hal ini merupakan salah satu
alasan, bahwa sukrosa mempunyai kelebihan dibanding gula sederhana lain dalam
fungsinya sebagai substrat pembuat nata. Berdasarkan pada pengamatan morfologi,
pembentukan nata oleh bakteri Acetobacter xylinum diawali dengan pembentukan
lembaran benang – benang selulosa.
Pembentukan benang tersebut, pada mulanya tampak
seperti flagel (cambuk pada bakteri umumnya). Selanjutnya, bakteri Acetobacter
xylinum membentuk mikrofibril selulosa di sekitar permukaan tubuhnya hingga
membentuk serabut selulosa yang sangat banyak dan dapat mencapai ketebalan
tertentu. Pada akhirnya, susunan selulosa tersebut akan tampak seperti lembaran
putih transparan dengan permukaan licin dan halus, yang disebut nata.
2.7 Pembuatan Nata de
Coco
2.7.1 Pembuatan nata de coco dari lidah buaya
Kandungan Lidah Buaya atau Aloevera sangat banyak
diantaranya terdapat 18 macam asam amino, karbohidrat, lemak, air, vitamin (B1,
B2, B3, B12, C, E), mineral, enzim, hormon, dan zat golongan obat antara lain
antibiotik, antiseptik, antibakteri, antikanker, antivirus, antijamur,
antiinfeksi, antiperadangan, antipembengkakan, antivirus, antiparkinson, anti
aterosklerosis.
Demikian banyak kandungan dan manfaat lidah buaya
ini, jadi tidak salah jika kita mengolahnya dan mengkonsumsinya, Nata de Coco namun menggunakan bahan dari
lidah buaya yaitu Nata de Aloevera.
Bahan
untuk membuat Nata de Aloevera adalah sebagai berikut :
- Daging lidah buaya sebanyak 200 gram yang dipotong kotak, cuci sampai bersih.
- Air sebanyak ½ liter
- Gula
batu sebanyak 5 gram
- Daun
pandan sebanyak 1 lembar
Cara
membuat Nata de Aloevera adalah :
- Masak air hingga
mendidih kemudian masukkan lidah buaya, gula batu dan daun pandannya dan
didihkan.
- Dinginkan dan
masukkan kedalam kulkas dan siap anda nikmati
2.7.2 Pembuatan
nata de coco dari nenas
Nata merupakan selulosa yang dibentuk oleh bakteri
Acetobacter xylinum, berkalori rendah, kadar serat 2,5 %, dan memiliki kadar
air 98 %. Serat yang ada dalam nata tersebut sangat penting dalam proses
fisiologis, bahkan dapat membantu para penderita diabetes dan memperlancar
pencernaan makanan atau dalam saluran pencernaan. Oleh karena itu dapat dipakai
sebagai sumber makanan.
Nata de pina Kalori rendah dan untuk keperluan diet,
bahan baku yang sudah umum digunakan sebagai media untuk membuat nata adalah
air kelapa, yang produknya dikenal dengan nama nata de coco.
Nata juga dapat dibuat dengan bahan-bahan media
lainnya yang cukup mengandung gula. Gula yang terkandung dalam bahan tersebut
dapat dimanfaatkan oleh A. Xylinum untuk membentuk nata. Bahan-bahan yang bisa
digunakan sebagai media tersebut antara lain adalah kedelai (nata de soya),
tomat (nata de tomato) dan nanas (nata de pina) . Pada prinsipnya medium nata
adalah cairan yang mengandung gula, oleh karena itu limbah buah-buahan ,
termasuk limbah nenas juga bisa digunakan sebagai medium nata depina. Selain
buahnya, limbah nanas juga dapat dipakai sebagai bahan baku nata de pina.
Bahan
untuk membuat Nata de pina adalah sebagai berikut :
- Gula pasir
- Asam cuka
- Cairan bibit atau
kultur murni nata (dapat diperoleh dari kultur ampas nanas)
- Sebagai alternatif
bisa ditambahkan Amonium Phospat, (sumber nitrogen).
Alat
untuk membuat Nata de pina sebagai berikut :
- Pisau
- Telenan
- Panci
- Blender/pemarut
- Kompor
- Kain saring
- Pengaduk
- Nampan
Cara
Pembuatan nata de pina adalah :
- Bahan yang
digunakan adalah buah atau limbah nanas yang berupa kulit, empulur dan
mata nanas serta buah nanas masak optimum. Buah nanas dikupas dan
dibersihkan mata serta empulurnya kemudian dicuci.
- Bahan dihancurkan
dengan blender dan dimasak sampai mendidih kemudian disaring
- Hasil saringan
ditambah gula 10 gram per liter dan sebagai alternatif bisa ditambahkan
Ammonium Phospat 10 gram per 5 liter untuk memperkaya kandungan nitrogen
dalam media, kemudian dididihkan lagi.
- Setelah mendidih
biarkan 10 menit dan ditambah asam cuka sebanyak 30 ml per liter atau
sampai pH 4,5 kemudian dimasukkan ke dalam nampan plastik yang sudah
distrilkan dengan cara dijemur atau dicuci dengan alkohol dan ditutup
dengan kertas koran yang sudah disterilkan dengan cara diseterika atau
dioven dan diikat sampai rapat. Untuk starter / bibit nata dimasukkan ke
dalam botol yang sudah disterilkan.
- Setelah dingin
atau 7 – 8 jam, cairan stater dimasukkan ke dalam nampan atau botol
sebanyak 20 % dan ditutup kembali.
- Biarkan selama 7 –
10 hari (fermentasi), setelah terjadi penggumpalan dinamakan pelikel
dipotong-potong kecil, ditiriskan dan direndam dalam selama 2 – 3 hari
untuk menghilangkan asamnya. Selama perendaman air sering diganti.
- Potongan pelikel
(nata) direbus selama 30 menit lalu ditiriskan.
2.7.3 Pembuatan nata de coco dari Pisang
Pembuatan nata merupakan salah satu cara yang bisa
dilakukan untuk mengatasi masalah limbah rumah tangga (kulit pisang, kulit
pisang, kulit nanas, dll) dengan bantuan bakeri Acetobakter xylinum. Pembuatan
nata de banana skin dimulai dengan mendidihkan ekstrak kulit pisang dengan
ditambahkan cuka, gula dan bahan tambahan lainya, kemudian disimpan dalam wadah
untuk diinokulasi. Dalam penginokulasian harus pada suhu kamar. Kemudian
disimpan selama kurang lebih 10-15 hari atau sampai adanya lembaran nata.
Bibit nata adalah bakteri Acotobacter xylinum yang
akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air perasan kulit pisang
yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol.
Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat
menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik
yang tumbuh pada kulit pisang tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar
benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga
transparan, yang disebut sebagai nata. Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH
3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi
pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada suhu 28°– 31°C.
Bahan
Yang Digunakan untuk membuat Nata sebagai beriukut :
- Kulit
pisang kapok
- Gula
pasir
- Bakteri
Acetobacter xylinum
- Pupuk
ZA
- Asam
cuka
- Garam
Inggris
- Air
- Sirup
- Amilum
- Indikator
luff schoorl
- Indikator
molisch
Alat
Yang Digunakan untuk membuat Nata sebagai berikut :
- Blender
- Timbangan
- Gelas ukur
- Cetakan
- Kain saring
- Sendok
- Pisau
- Panci
- Kompor
- Pengaduk
Cara
pembuatan nata sebagai berikut :
- Daging buah yang
menempel pada kulit pisang bagian dalam dikerok.
- Ditimbang sebanyak
400 gr.
- Ditambahkan air
dengan perbandingan 1 : 2, lalu diblender hingga halus.
- Rebus air sebanyak
800 ml. 600 ml untuk pencampuran nata, sedangkan sisanya untuk
mensterilkan botol kaca dan toples.
- Disaring dengan
kain saring hingga diperoleh filtrat (cairan hasil penyaringan).
- Masukkan ke dalam
panci lalu panaskan di atas kompor. Setelah mendidih, tambahkan gula pasir
10 % b/v, asam cuka 0,5 %v/v (bila yang digunakan asam cuka di pasaran 4-5
% v/v), pupuk ZA 0,125% b/v ( 1 pucuk sendok teh), dan garam Inggris 0,01
% b/v. Aduk sampai larut lalu angkat.
- Tuangkan ke dalam
cetakan yang telah disterilkan (dicuci dengan air panas), dengan
ketinggian cairan adonan lebih kurang 2-3 cm di setiap cetakan. Segera
tutup dengan kertas (Koran, majalah, kertas merang).
2.7.4 Pembuatan Nata de coco dari Mangga
Mangga adalah
tanaman buah asli dari India. Namun kini, tersebar di berbagai penjuru
dunia, termasuk Indonesia. Tanaman Mangga bisa tumbuh dengan baik di daerah
dataran rendah dan berhawa panas. Tapi, ada juga juga yang bisa tumbuh di
daerah yang memiliki ketinggian hingga 600 meter di atas permukaan laut.
Mangga tergolong kelompok buah “batu” berdaging
dengan bentuk, ukuran, warna, dan citarasa (aroma-rasa-tekstur) beraneka.
Bentuk mangga ada yang bulat penuh, seperti mangga gedong, dan bulat panjang,
seperti mangga harumanis dan mangga manalagi, Mangga kopek berbentuk bulat
pipih, sedang mangga golek lonjong.
Kendati bentuk, ukuran, warna, dan citarasa buah
mangga beragam. Dari
segi gizi semuanya hampir tidak jauh berbeda. Mangga ranum segar mengandung air
sekitar 82 persen, vitamin C 41 mg, dan energi/kalori 73 Kal per 100 gram. Pada
setiap 100 gram mangga muda, mangga yang masih mentah terkandung air lebih
kurang 84 persen, vitamin C 65 mg, dan energi 66 Kal. Energi dalam mangga muda
rendah karena lebih banyak mengandung zat pati, yang akan berubah menjadi gula
dalam proses pematangan. Sebagian besar energi mangga berasal dari karbohidrat
berupa gula, yang membuatnya terasa manis.
Kandungan gula ini didominasi oleh gula golongan
sukrosa. Kandungan gula dalam mangga berkisar 7-12 persen. Namun, jenis mangga
manis dapat mencapai 16-18 persen. Mangga pun merupakan sumber beta-karoten ,
kalium, dan vitamin C
(Suharmoko, 2009).
Beta-karoten adalah zat yang di dalam tubuh akan
diubah menjadi vitamin A (zat gizi yang penting untuk fungsi retina).
Beta-karoten (dan vitaminC) juga tergolong antioksidan, senyawa yang dapat
memberikan perlindungan terhadap kanker karena dapat menetralkan radikal bebas.
Radikal bebas adalah molekul-molekul tak stabil yang
dihasilkan oleh berbagai proses kimia normal tubuh, radiasi matahari atau
kosmis, asap rokok, dan pengaruh-pengaruh lingkungan lainnya. Di dalam tubuh,
mayoritas radikal bebas berasal dari proses kimia kompleks saat oksigen
digunakan di dalam sel. Zat-zat gizi antioksidan, seperti beta-karoten dan
vitamin C, membuat radikal bebas tak berbahaya dengan menetralkannya.
Zat-zat gizi antioksidan itu terkandung melimpah
pada buah mangga. Kandungan beta-karoten dan vitamin C (beserta kalium,
aktivitas vitamin A, karbohidrat, energi dan air) dari beberapa macam mangga
tiap 100 gram (Nurfi Afriansyah, peneliti pada Pusat Litbang Gizi Depkes RI).
Mangga memiliki sifat kimia dan efek farmakologis
tertentu, yaitu bersifat pengelat (astringent), peluruh urine, penyegar,
penambah napsu makan, pencahar ringan, peluruh dahak dan antioksidan. Kandungan
asam galat pada mangga sangat baik untuk saluran pencernaan. Sedangkan
kandungan riboflavinnya sangat baik untuk kesehatan mata, mulut, dan
tenggorokan (Admin, 2010)
Bahan Tambahan Pembuatan Nata de
Mangnas
a. Asam
Bakteri
asam asetat pada permukaan cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak
tanaman lain. Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat
membentuk selulosa, namun selama ini yang paling banyak dipelajari adalah
Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum termasuk genus Acetobacter.
Bakteri Acetobacter xylinum bersifat Gram negatip, aerob, berbentuk batang
pendek atau kokus.
b. Sukrosa
Adanya
gula sukrosa dalam nanas akan dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinum sebagai
sumber energi, maupun sumber karbon untuk membentuk senyawa metabolit
diantaranya adalah selulosa yang membentuk Nata de mangnas. Senyawa peningkat
pertumbuhan mikroba (growth promoting factor) akan meningkatkan pertumbuhan
mikroba, sedangkan adanya mineral dalam substrat akan membantu meningkatkan
aktifitas enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel Acetobacter xylinum untuk
menghasilkan selulosa.
2.8
Karakteristik Bahan
1.
Air kelapa
Sifat
Fisika :
1. Berbentuk
Liquid
2. Elektrolit
kuat
3. Berwarna
bening
4. Tidak
Bau
2. Glukosa (C6H12O6)
Sifat
fisika
1. BM
180 gr/mol
2. Spesifik
grafity 1,544
3. Titik
leleh 146oC
4. Berbentuk
Kristal
5. Rasanya
manis
6. Tidak
bauTidak beracun
7. Berwarna
putih
8. Kandungan
energy 1,619 kj
9. Kelarutan
dalam air 0,1 gr/1000ml pada 25oC
10. Densitas
1,5 gr/cm3
11. Kandungan
air 0,03 gr
12. Kandungan
Karbohidrat 99,98 gr
3. Urea
Sifat
Fisika
1. BM
60,09 g/mol
2. Berbentuk
Padatan
3. Berwarna
putih Kristal
4. Densitas
kepadata 1,32 gr/cm3
5. Titik
Lebur 132,7 -135 oC
6. Kelarutan
dalam air 251 gr/100 ml ( 60OC)
7. Kebebasan
PKBH -1 = 0,18
8. Tidak
Berwarna
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Dari uraian mengenai teknologi pembuatan nata de
coco disampaikan beberapa kesimpulan antara lain:
-
Beberapa tahapan
pembuatan Nata de Coco ádalah penyaringan; pemasakan dan pencampuran bahan
pembantu; penempatan dalam nampan dan pendinginan; inokulasi
(penanaman/penebaran) bibit (starter); pemeraman (fermentasi); panen dan pasca
panen (pengolahan lanjut sampai setengah jadi atau siap konsumsi).
-
Teknologi pembuatan
Nata de Coco merupakan teknologi sederhana, namun dalam proses pembuatannya
memerlukan perhatian pada titik kritis yaitu; pemeliharaan kultur A. xylinum,
penyiapan starter dan proses fermentasi.
-
proses fermentasi
dilakukan oleh bakteri Acetobacter xilynum yang mengubah glukosa menjadi
selulosa.
-
Banyaknya jenis nata de
coco yang ada
3.2
Saran
Dalam membuat nata de coco
kebersihan merupakan faktor sangat penting untuk keberhasilan dan proses
pembuatan Nata de Coco, maka dari itu jagalah kebersihan dalam membuatnya.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011. Uji Fermentasi. Online(http://wildablog.blogspot.com/2009/11/uji-fermentasi.html,
diakses 7 Maret 2011).
Anonim. 2010. Bakteri.
Online(http://id.wikipedia.org/wiki/bakteri. Diakses tgl 26/03/2010).
Misgiyarta. 2011. Teknologi Pembuatan Nata De Coco.
Online(http://www.scribd.com/misgiyarta-nata-de-coco, diakses 5 Maret 2011)
Rahayuni, theodora. 2011. Industri Pengolahan Nata De Coco.
Online(http://www.scribd.com/doc/32508153/NA-Nata-de-coco, diakses 7 Maret
2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar