Translate

Senin, 05 Desember 2016

AAS

TUJUAN
§  Memahami prinsip kerja dari alat Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)
§  Menentukan kadar Zn dalam sampel air
§  Dapat mengoperasikan alat AAS
§  Mengetahui komponen dan fungsi dari tiap komponen yang ada di AAS

TEORI DASAR
Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas . Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode spektroskopi emisi konvensional. Memang selain dengan metode serapan atom, unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, akan tetapi fotometri nyala tidak cocok untuk unsur-unsur denganenergy eksitasi tinggi.
Fotometri nyala memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan AAS memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 200-300 nm (Skooget al., 2000). Untuk analisis kualitatif, metode fotometri nyala lebih disukai dari AAS, karena AAS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Ke monokromatisan dalam AAS merupakan syarat utama. Suatu perubahan temperature nyala akan mengganggu proses eksitasi sehingga analisis dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama lainnya.
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan Natrium menyerap pada589 nm, uranium pada 358,5 nm sedangkan kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada gelombang ini mempunyai cukup energy untuk mengubah tingkat energy elektronik suatu atom. Dengan absorpsi energy, berarti memperoleh lebih banyak energy, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya pun bermacam-macam. Misalnya unsurNa dengan noor atom 11 mempunyai konfigurasi electron 1s1 2s2 2p6 3s1, tingkat dasar untuk electron valensi 3s, artinya tidak memiliki kelebihan energy.
Elektronini dapat tereksitasi ketingkat3p dengan energy 2,2 eV ataupun ketingkat 4p dengan energy 3,6eV, masing-masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589nm dan 330 nm. Kita dapat memilih diantara panjang gelombang iniyang menghasilkan garis spectrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum, yang dikenal dengan garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya.
Contoh: prinsip dasar penyerapan atom Na
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada pada sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari :
Hukum Lambert : bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi.
Hukum Beer : Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut. Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan: A= ℮ b c dan A= abc serta persamaan A = – log T Dimana:
PO        = intensitas sumber sinar
P          = intensitas sinar yang diteruskan
          = absortivitas molar ( satuan c dalam Molar)
b          = panjang medium / panjangnya jalan sinar
c          = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A         = absorbansi
T          = Transmitan
a          = absorbsivity ( satuan c dalam g/L atau ppm)
Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode analisis untuk penentuan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan pada proses penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar (ground state). Proses penyerapan energi terjadi pada panjang gelombang yang spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur. Proses penyerapan tersebut menyebabkan atom penyerap tereksitasi: elektron dari kulit atom meloncat ketingkat energi yang lebih tinggi. Banyaknya intensitas radiasi yang diserap sebanding dengan jumlah atom yang berada pada  tingkat energi dasar yang menyerap energi radiasi tersebut. Dengan mengukur tingkat penyerapan  radiasi (absorbansi) atau mengukur radiasi yang diteruskan (transmitansi), maka konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan.
Pada spektrofotometri AAS memiliki kelebihan dan kukurangan. Kelebihan metode AAS dibandingkan dengan speltrofotometri lainnya adalah spesifik, batas deteksi yang rendah, dan larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh, output langsung dapat dibaca, cukup ekonomis, dapat diaplikasikan pada banyak unsur. Sedangkan kekuranganya adalah AAS tidak mampu menguraikan zat menjadi atom,  contohnya pengaruh fosfat terhadap Cu, pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi sehingga menimbulkan emisi yang panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriks yaitu pelarut.
Keuntungan AAS
ü Spesifik batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisamengukur unsur-unsur yang berlainan.
ü Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh(preparasi contoh sebelum pengukuran lebih sederhana, kecualibila ada zat pengganggu).
ü Output dapat langsung dibaca, cukup ekonomis.
ü Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jeniscontoh
ü Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/Lhingga persen).
Kelemahan AAS
ü Tidak mampu menguraikan zat menjadi atommisalnya pengaruh fosfat terhadap Ca, pengaruh ionisasi yaitu bilaatom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkanemisi pada panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriksmisalnya pelarut.
Jenis gangguan pada AAS
ü Gangguan refraktro molekul
Terbentuknya senyawa yang sukar teratomisasi dalam nyala karena adanya ion – ion tertentu dalam sampel pada penentuan Ca ; Mg ; adanya ion PO4-2 ; SiO3-2 ; Al3-2
ü Gangguan Ionisasi
Terutama pada logam yang potensial ionisasinya rendah, paka pada suhu nyala yang melebii optimumnya maka sebahagian atom dasar yang terbentuk akan terionisasi seingga atom dasar berkurang menyebabkan kesalahan
ü Gangguan matrik
Gangguan ini disebabkan oleh matrik yang bukan analit namun jumlahnya relatif tinggi pada sampel yang menyebabkan perubahan sifat fisik sampel, seperti viskositas, suhu nyala ataupun serapan molekul sampai pada daerah pengukuran
Bagian-bagian AAS adalah sebagai berikut (Day, 1986) :
ü Lampu katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam: Digunakan untuk mengukur 1 unsur.
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam  sekaligus.
ü Tabung gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000 K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30000 K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung. Gas ini merupakan bahan bakar dalam Spektrofotometri Serapan Atom
ü Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik api.
ü Monokromator
Berkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan melalui celah sempit dan difokuskan menggunakan cermin menuju monokromator. Monokromator dalam alat SSA akan memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas energi yang diteruskan ke detektor. Monokromator yang biasa digunakan ialah monokromator difraksi grating.
ü Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka. Fungsi detektor adalah mengubah energi sinar menjadi energi listrik, dimana energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk mendapatkan data. Detektor AAS tergantung pada jenis monokromatornya, jika monokromatornya sederhana yang biasa dipakai untuk analisa alkali, detektor yang digunakan adalah barier layer cell. Tetapi pada umumnya yang digunakan adalah detektor photomultiplier tube. Photomultiplier tube terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa yang bersifat peka cahaya dan suatu anoda yang mampu mengumpulkan elektron.
Ketika foton menumbuk katoda maka elektron akan dipancarkan, dan bergerak menuju anoda. Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang mampu menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang sampai menuju anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Untuk menambah kinerja alat maka digunakan suatu mikroprosesor, baik pada instrumen utama maupun pada alat bantu lain seperti autosampler.
ü Sistem pembacaan
Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat dibaca oleh mata.
ü Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada spektrofotometry serapan atom (AAS), diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar asap yang dihasilkan tidak berbahaya.
Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS :
Atomisasi dengan nyala
Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu ± 1700 ºC atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan cara memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu nyala yang diperlukan untuk atomisasi setiap unsure berbeda. Beberapa unsur dapat ditentukan dengan nyala dari campuran gas yang berbeda tetapi penggunaan bahan bakar dan oksidan yang berbeda akan memberikan sensitivitas yang berbeda pula.
Atomisasi tanpa nyala
Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energi listrik pada batang karbon (CRA – Carbon Rod Atomizer) atau tabung karbon (GTA – Graphite Tube Atomizer) yang mempunyai 2 elektroda. Sampel dimasukan ke dalam CRA atau GTA. Arus listrik dialirkan sehingga batang atau tabung menjadi panas (suhu naik menjadi tinggi) dan unsur yang dianalisa akan teratomisasi. Suhu dapat diatur hingga 3000 ºC. pemanasan larutan sampel melalui tiga tahapan yaitu :
-       Tahap pengeringan (drying) untuk menguapkan pelarut
-       Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi dekomposisi dan penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel sehingga diperoleh garam atau oksida logam
-       Pengatoman (atomization)
Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida
Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk unsur As, Se, Sb yang mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih dari 800 ºC sehingga atomisasi dilakukan dengan membentuk senyawa hibrida berbentuk gas atau yang lebih terurai menjadi atom-atomnya melalui reaksi reduksi oleh SnCl2 atau NaBH4, contohnya merkuri (Hg).

PRINSIP KERJA
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Spektrometri Serapan Atom (SSA) meliputi adsorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih berada dalam keadaan dasarnya (Gorund state). Sinar yang diserap biasanya ialah sinar ultra violet dan sinar tampak. Prinsip Spektromeri Serapan Atom (SSA) pada dasarnya sama seperti prinsip absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa dalam larutan.

PROSEDUR KERJA
a.    Alat yang digunakan
§  Spektro Fotometri Serapan Atom
§  Neraca Analitik
§  Gelas Piala 250 Ml
§  Labu Ukur
§  Kertas Saring
§  Pipet Gondok
§  Buret
§  Labu Semprot
§  Aluminium Foil
b.   Bahan yang digunakan
§  Sampel Alam
§  HCl Pekat
§  Aquades
§  Larutan Supresor
c.    Gambar Alat
labaff5-300x159.jpg
d.   Cara Kerja
§  Pembuatan larutan standar
-       Disiapakan bahan serta peralatan yang akan dipakai pada praktikum.
-       Disaring sampel air pasir jambak menggunkan kertas saring.
-       Dibuat 6 seri larutan Zn dengan konsebtrasi berturut-turut 0, 1, 2, 3, 4, 5. Masing-masing sebanyak 0 mL Zn, 0,25 mL Zn, 0,5 mL Zn, 1 mL Zn, 2 mL Zn, dan 4 mL Zn, ke dalam masing-masing labu takar 50 mL dan diencerkan dengan aquades hingga tanda batas, dihomogenkan.
-       Dituangkan masing-masing larutan ke dalam masing – masing cuvet
-       Diberi kertas label dan diletakkan di rak cuvet.
§  Pembuatan larutan pembanding
-       Dituangkan sampel air pasir jambak ke dalam masing-masing gelas ukur menggunakan corong kaca yang telah dilapisi kertas saring.
-       Ditungkan masing-masing sampel ke dalam cuvet berbeda hingga tanda terra.
-       Di beri kertas label dan letakkan di rak tabung cuvet.
§  Pengoperasian alat
-       Sambungkan kearus listrik kompresor, printer, dan stabilizer
-       Buka kran gas (open), hidupkan blower
-       Set spektrofotometer (pilih logam yang akan diukur)
-       Atur panjang gelombang dan energy
-       Intergretion parameter kemudian auto zero
-       Scan parameter (panjang gelombang maximum)
-       Klik flame, iknate flam (api menyala)
-       Masukan pipa kapiler kedalam larutan yang akan diukur
-       Atur kemudian ok
-       Klik kalibrasi tabel
-       Mulai ukur larutan , klik star
-        
HASIL DAN DATA
TERLAMPIR

PERHITUNGAN
Data
Konsentrasi Zn (ppm)
Absorban
0,25
0,0958
0,5
0,1440
1
0,3303
2
0,4032
4
0,5742
Air Muara Pasir Jambak
0,0037
Larutan Tugas (Cx)
0,3828

Persamaan Regresi
No.
x (ppm)
y
x.y
x2
y2
1
0,25
0,0958
0,02395
0,0625
0,00918
2
0,5
0,144
0,072
0,25
0,02074
3
1
0,3303
0,3303
1
0,1091
4
2
0,4032
0,8064
4
0,16257
5
4
0,5742
2,2968
16
0,32971
Jumlah
7,75
1,5475
3,52945
21,3125
0,63129
Rata-rata
1,55
0,3095

Perhitungan Pencarian :
R         =
=
=

=  0,9501

b          =
            =
            =
            =
            = 0.1216
a          = y – bx
            = 0,3095 – 0,1216 (1,55)
            = 0,121
Persamaan regresinnya :      y = a + bx
                                              y = 0,121 + 0,1216(x)

y                      = 0,121 + 0,1216(x)
0,3828             = 0,121 + 0,1216 (x)
0,1216 (x)        = 0,3828 – 0,121
x                      = 0,2618 / 0,1216
x                      = 2,1529 ppm  à Cx

DISKUSI
Pada percobaan penentuan kadar Zn dalam sampel cair (pasir jambak) dapat dibahas bahwa, Cx yang dibuat atau yang diberi masuk kedalam range raitu dengan range 0,09 – 0,5 sedangkan Cx yang didapat adala 0,3. Sedangkan untuk pasir jambak sendiri tidak masuk range karena nilainya 0,003 dibawah range. Ini bisa dikatakan bahwaa kandungan Zn didalam sungai pasir jambak sedikit kandungan Zn nya, namun jika ingin lebi mengetahui barapa nilai pastinnya dan masuk kedalam range. Maka standar harus diturunkan konsentrasinnya. Jika diatasa range atau maximum diencerkan. Dan R standar yang arus didapat adalah 0,995 tibak boleh kurang atau lebih.

KESIMPULAN
Dari praktikum penggunaan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dapat disimpulkan bahwa nila absorban yang didapat unutk Cx adalah 0,3828 (masuk kedalam range) sedangkan nilai absorban pada sampel air sungai pasir jambak adalah 0,003 (dibawah range). Oleh karena itu didapat persamaan regresi y = 0,121 + 0,1216(x) dengan nilai Cx 2,1529 ppm

DAFTAR PUSTAKA
Sumar Hendayana, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen (edisi kesatu). Semarang: IKIPSemarang Press
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik. EGC:       Jakarta
Ristina, maria. 2006. Petunjuk Praktikum Instrumen Kimia. STTN – Batan: Yogyakarta
Day, R.A. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga: Jakarta
Underwood, A.L. dan Day R.A. 2001. Analisa Kimia Kualitatif Edisi Keenam. Erlangga: Jakarta
Striped Right Arrow: Cx : 2,1529 ppm
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar