TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum
yang dilkukan adalah :
1.
Mengetahui prinsip kerja dari kolorimetri metoda keseimbangan
2.
Mengetahui berapa Konsentrasi dari larutan tugas yang
diberikan
3.
Menerapkan metoda Sistem Silender Hehner dan Bajerum
Komparator dalam penentuan Cu2+
TEORI DASAR
Kolorimeter
visual adalah suatu instrumen yang digunakan untuk menentukan konsentrasi
larutan sampel yang berwarna yang berdasarkan atas kesamaan warna antara
larutan sampel dengan larutan standar dengan menggunakan sinar polikromatis
dengan detektor mata.
Metoda analisa kolorimetri
visual ada 4 macam yaitu :
§ Metoda standar seri (metoda
nesler) : pada metoda ini dibuat sederetan larutan standar dalam tabung yang
berukuran sama dengan jenis yang sama pula.
§ Metoda keseimbangan : pada
metoda ini dilakukan dengan cara membandingkan larutan sampel dengan larutan
standar yang didasarkan pada ketebalan larutan standar yang divariasikan.
Metoda ini dibagi tiga, yaitu : sistem slinder hechner, bajerum comperator dan
dubosq colorimetri
§ Metoda pengenceran :
menggunakan satu zat standar dan sejumlah buret yang berisi blanko. Kosentrasi
standar diencerkan dengan blanko sampai terjadi kesamaan warna.
§ Metoda standar sintesis :
zat yang diselidiki diperoleh dengan cara penambahan sejumlah komponen standar
terhadap suatu larutan blanko sampai terjadi kesamaan warna.
Syarat-syarat menentukan kosentrasi
dengan metoda kolorimetri visual adalah sebagai berikut :
A. Tinggi larutan konstan (Constant
Depht Methods) terbagi menjadi dua metoda :
1.
Tabung Nessler
Pada metoda ini
digunakan beberapa tabung reaksi berbentuk silinder. Masing-masing tabung diisi
dengan larutan standar dengan konsentrasi terukur dan bervariasi dengan tinggi
larutan yang sama.Tabung ini disusun pada rak tabung bercat hitam yang tidak mengkilat,agar
tidak memantulkan sinar yang datang pada tabung. Kemudianlarutan sampel dengan
tinggi yang sama diletakkan di sela tabung-tabung tersebut dan bandingkan warna
larutan standar dan sampel dengan melihat dari atas tabung (vertikal). Jika ada
warna larutan standar yang sama dengan sampel, berarti konsentrasi sampel sama
dengan larutan standar tersebut. Atau jika warnanya berada diantara 2 warna
larutan standar yang berdekatan, berarti konsentrasi sampel berada dalam range
dari konsentrasi kedua larutan tersebut.
2.
Bajerum Comparator
Pada alat ini,
untuk mencapai kesamaan warna antara larutan sampel dengan larutan standar
dilakukan dengan cara menggeser larutan sampel disepanjang skala yang berada di
atas bajerum. Bajerum comparator ini merupakan suatu kotak transparan persegi
panjang yangdibagi dua menurut diagonal bidangnya. Bagian depan dimana
skalatertera, diisi dengan larutan standard an bagian lainnya diisi dengan
blanko. Pengamatan dialakukan dari bagian depan (horizontal).
B. Tinggi larutan berbeda
(Variable Depth Methods) terbagi menjadi dua metoda :
1.
Tabung Herner
Tabung Herner
berupa sepasang silinder dengan keran untuk mengeluarkan larutan dari dalam
silinder yang warna larutannya lebih pekat sehingga tingginya berubah, agar
didapatkan warna yang sama pada kedua silinder.
2. Kolorimeter Dubosq
Pada alat ini
kesamaan warna didapatkan dengan cara mengatur tinggi rendahnya pemberat
(plunger), agar tinggi larutan dalam bejana berubah sehingga didapatkan
intensitas warna yang sama pada spiltfield.
Keuntungan dari metode kolorimetri
dibandingan dengan metode analisa kimia lainnya adalah penggunaan waktu, biaya,
bahan - bahan kimia, dan cuplikan yang digunakan sangatlah sedikit. Metode
kolorimetri ini digunakan untuk menganalisis zat atau senyawa yang ada dalam cuplikan,
tetapi dapat disayangkan harga alatnya yang terhitung mahal menjadi kekurangan
pada metode kolorimetri.
Hukum- hukum
yang mendasari kolorimetri adalah:
1. Hukum Bougner Lambert
Jika kita membiarkan ketebalan
medium bertambah secar tidak terhingga, maka daya radiasi diteruskan harus
mendekaati nol. Tapi, daya itu, tak dapt menjadi nol jika ada suatu fraksi yang
cukup besar sama sekali tidak diserap.
2. Hukum Beer
Menyelidiki hubungan antara
intensitas serapan dan konsentrasi media yang berupa larutan dengan tebal media
tetap. Dihasilkan hubungan yang sama dengan hukum Lambert.
3. Hukum Bougner Lambert- Beer
Suatu alur absorbans vs konsentrasi
molar akan berupa garis lurus dengan arah lereng. Tetapi seringkali pengukuran
terhadap sistem kimia riil menghasilkan alur hukum Beer yang tidak linear
sepanjang seluruh jangka konsentrasi yang diminati. Penyimpangan linear dari hukum
Beer dalam praktek analisis dibebankan pada kegagalan atau ketidak mampuan
mengawasi kedua aspek ini, karena itu dapat dikatakan sebagai penyimpangan semu
karena ini lebih mencerminkan kesulitan eksperimen dari pada tidak memadainya
hukum Beer.
Pemilihan
prosedur kolormetri untuk penetapan zat akan tergantung pada pertimbangan
sebagai berikut:
1.
Metode
kolorimetri seringkali akan memberikan hasil yang lebih akurat pada konsentrasi
rendah dibandingkan prosedur titrimetri ataupun gravimetri padanannya. Selain
itu prosedur kolorimetri lebih sederhana dilakukan dari prosedur titrimetri
ataupun gravimetri.
2.
Suatu metode
kolorimetri seringkali dapat diterapkan pada kondisi-kondisi dimana tidak ada
prosedur gravimetri ataupun titrimetri yang memuaskan, misalnya untuk zat-zat
hayati tertentu.
3.
Prosedur
kolorimetri memiliki keunggulan untuk penetapan rutin dari beberapa komponen
dalam sejumlah contoh yang serupa oleh dapat dilakukan dengan cepat.
Syarat metoda kolorimetri
adalah larutan harus bewarna. Jika larutan tidak bewarna maka dilakukan dahulu pengomplekan
dengan penambahan reagen pewarna. Sedangkan syarat pewarnaan ini antara lain :
§ Warna yang terbentuk harus
stabil
§ Reaksi pewarnaan harus
selektif
§ Larutan harus transparan
§ Kesensitifannya tinggi
§ Ketepatan ulang tinggi
§ Warna yang terbentuk harus
merupakan fungsi dari konsentrasi
PROSEDUR KERJA
·
Alat yang digunakan :
1.
Buret 50 mL
2.
Standar dan klem
3.
Gelas piala 250 mL
4.
Labu ukur 50 mL
5.
Pulmp pipet
6.
Pipet takar 10 mL
7.
Labu semprot
8.
Labu ukur 250 mL
9.
Bajerum Comparator
10.
Silinder Hehner
·
Bahan yang digunakan :
1.
CuSO4 1000 ppm
2.
NH4OH 1:1
3.
H2SO4 0,1 N
4.
Aquadest
·
Cara kerja :
Preparasi larutan standar Cu2+:
1.
Dipipet 25 mL laruatan standar 1000 ppm Cu ke dalam labu ukur
250 mL
2.
Ditambahkan 25 mL NH4OH 1:1 dan encerkan sampai
tanda batas dengan aquades (siapkan dua buah larutan standar untuk
masing-masing metoda).
3.
Mintalah larutan tugas (Cx) dalam labu ukur 50 mL dan tambahkan
5 mL larutan pewarna NH4OH 1:1, dihomogenkan.
Kolorimetris sistem Silinder Hehner :
1. Siapkan pipa kaca berbentuk
U, yang disambungkan dengan slang karet, masukkan ujung slangnya ke dalam
larutan standar
2. Isapkan
bagian pipa Unya dan jadikan membentuk sistem bejana berhubungan antara gelas
ukur satu dengan labu ukur standar
3. Isikan
larutan sampel tepat pada skala 25 mL dari gelas ukur ke II, tempatkan di atas
benda berwarna putih, bersama sampel
4. Lakukan
pengamatan secara vertical, dengan hanya satu mata secara bergantian
5. Atur
posisi labu ukur berisi standar dengan menaikkan atau menurunkannya, sampai
dicapai kesamaan warna terhadap sampel
6. Kesamaan
pengamatan warna, berarti jumlah molekul berwarna yang dilewati kedua berkas
sinar tersebut telah sama
7. Dengan
menggunakan rumus hitung kadar larutan Cx Standar.
Bajerum Komparator :
1.
Isikan larutan standar kebagian depan dari bajerum
comparator, dan bagian belakangnya isi dengan blanko
2.
Isikan sampel lebih kurang 2/3 bagian pada wadah sampel dari
alat bajerum comparator ini
3.
Tempatkan tabung sampel di atas bajerum komparator dan
gunakan latar belakang benda putih
4.
Lakukan pengamatan secara horizontal, lalu geser posisi
larutan sampel standar sedemikian rupa sampai didapatkan kesamaan warna
5.
Dengan menggunakan rumus, tentukan kadar dari larutan tugas
(Cx).
·
Gambar Alat :
Gambar 1. Sistem
Silinder Hehner Gambar
2. Bajerum Komparator
PENGAMATAN
§ Larutan CuSO4
berwarna biru
§ Larutan NH4OH
1:1 tak berwarna ( larutan bening)
§ CuSO4 ditambahkan dengan NH4OH 1: 1
sebagai reagen pewarna sehingga warna yang dihasilkan menjadi lebih jelas yaitu
berwarna biru.
DATA DAN PERHITUNGAN
Data :
Metoda
|
|
Bajerum Comperator
|
Silinder Hehner
|
12,1 cm
|
15 mL
|
Konsentrasi
larutan standar :
ppm2
=
=
=
100 ppm
Konsentrasi
larutan tugas :
1.
Bajerum Comperator
Cx =
=
= 60,5 ppm
2. Silinder Hehner
Cx =
=
= 60 ppm
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari
praktikum yang telah dilakukan didapatkan konsentrasi larutan tugas Cx pada kedua metode hampir sama, disebabkan karena melihat
kesamaan warna antara larutan tugas dengan larutan stantar dengan mengunakan Bajerum
Comperator maupun Silinder Hehner pada
saat dilihat warna secara horizontal maupun vertikal dipengaruhi oleh arah
sinar yang baik sama, sehingga penglihatan oleh detektor mata jelas.
KESIMPULAN
Dari
praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi
larutan tugas Cx adalah
§
Dengan cara silinder Hehner didapatkan
Cx 60 ppm
§
Dengan cara Bajerum Comperator
didapatkan Cx 60,5 ppm
DAFTAR PUSTAKA
Bassett,
J dkk,1994, Buku Ajar VOGEL Kimia
Analitik Kuantitatif Anorganik, Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta
Khopkar,1990,
Konsep Dasar Kimia Analitik.
Universitas Indonesia Jakarta
Underwood, A.L. dan R.A. Day. 1999. Analisa Kimia Kuantitatif . Edisi ke-5.Jakarta : Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar