KAKAO
Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang
dikenal sebagai cokelat. Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial)
berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam
pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan
untuk memperbanyak cabang produktif. Bunga kakao,
sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna
berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak terangkai karena
sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas.
Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama
lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan
beberapa lebahTrigona) yang biasanya
terjadi pada malam hari1. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari. Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang
dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan).
Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri
dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.
Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah
jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah
terdiri dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya
terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna
hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning. Biji terangkai
pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian
dalam. Biji dilindungi oleh salut biji(aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup
tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi selama tiga hari lalu
biji dikeringkan di bawah sinar
matahari.
Teknik pengolahan buah kakao sangat menentukan mutu akhir produk kakao, hal itu berkaitan
dengan proses terjadinya pembentukan calon citarasa khas kakao dan pengurangan cita rasakakao yang tidak
dikehendaki seperti rasa pahit dan sepet.
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan
kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia merupakan salah satu
negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading (38,3%) dan Ghana
(20,2%) dengan persentasi 13,6%. Permintaan dunia terhadap komoditas kakao
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hingga tahun 2011, ICCO (International Cocoa
Organization) memperkirakan produksi kakao dunia akan mencapai 4,05 juta ton,
sementara konsumsi akan mencapai 4,1 juta ton, sehingga akan terjadi defisit
sekitar 50 ribu ton per tahun (Suryani, 2007). Kondisi ini merupakan suatu
peluang yang baik bagi Indonesia karena sebenarnya Indonesia berpotensi untuk
menjadi produsen utama kakao dunia.
Namun, kualitas biji kakao yang diekspor oleh Indonesia dikenal sangat
rendah (berada di kelas 3 dan 4). Hal ini disebabkan oleh, pengelolaan produk
kakao yang masih tradisional (85% biji kakao produksi nasional tidak
difermentasi) sehingga kualitas kakao Indonesia menjadi rendah. Kualitas rendah
menyebabkan harga biji dan produk kakao Indonesia di pasar internasional
dikenai diskon USD200/ton atau 10%-15% dari harga pasar. Selain itu, beban
pajak ekspor kakao olahan (sebesar 30%) relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan beban pajak impor produk kakao (5%), kondisi tersebut telah menyebabkan
jumlah pabrik olahan kakao Indonesia terus menyusut (Suryani, 2007). Selain itu
para pedagang (terutama trader asing) lebih senang mengekspor dalam bentuk biji
kakao (non olahan).
Peningkatan produksi kakao mempunyai arti yang strategis karena pasar
ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum
tergarap. Permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi
dengan penerapan fermentasi pada pengolahan biji pasca panen dan pengembangan
produk hilir kakao berupa serbuk kakao.
Pengolahan biji kakao
:
1.
Panen
Proses panen adalah tahap awal pengolahan cokelat. Buah cokelat dipetik dari pohonnya. Pilihan buah yang dipanen menentukan kualitas cokelat. Sebab, hanya buah yang matang sempurna di pohon yang memberikan hasil terbaik dari sisi rasa maupunaroma.
Proses panen adalah tahap awal pengolahan cokelat. Buah cokelat dipetik dari pohonnya. Pilihan buah yang dipanen menentukan kualitas cokelat. Sebab, hanya buah yang matang sempurna di pohon yang memberikan hasil terbaik dari sisi rasa maupunaroma.
2.
Pemeraman Buah
Buah yang telah
dipanen dikumpulkan dan dikelompokkan berdasarkan kelas kematangannya. Biasanya
dilakukan pemeraman untuk memperoleh keseragaman kematangan buah dan memudahkan
pengeluaran biji dari buah kakao. Pemeraman dilakukan di tempat yang teduh,
lamanya sekitar 5-7 hari.
·
Proses ini bertujuan
untuk memperoleh kematangan yang seragam serta untuk mempermudah
pemecahan buah kakao dari bijinya
·
Buah kakao dimasukkan ke dalam keranjang rotan atau dari bamboo yang dialasi
dengan alas daun-daunan dan ditutup ditutup dengan dedaunan pula
·
Waktu pemeraman
dilakukan selama 5-7hari dan ditempatkan ditempat yang teduh.
3.
Pemecahan Buah
Buah kakao dipecah atau dibelah untuk mendapatkan biji kakao. Pemecahan
buah dapat menggunakan pemukul kayu atau memukulkan buah satu dengan buah
lainnya. Perlu diingat untuk menghindari kontak langsung biji kakao dengan
benda-benda logam karena dapat menyebabkan warna biji kakao menjadi kelabu -
Biji kakao dikeluarkan lalu dimasukkan dalam ember plastik atau wadah lain yang
bersih, sedang empulur yang melekat pada biji dibuang. Pemecahan buah kakao ini dapat digunakan menggunakan pemukul kayu atau dapat
menggunakan mesin pemecah buah kakao yang kemudian langsung dimasukkan ke dalam mesin pemisah biji kakao dari empulurnya atau disebut dengan pod breaker
4.
Fermentasi
Buah cokelat yang dipetik kemudian
harus menjalani masa fermentasi selama lima hari. "Fermentasi menggunakan
getah dalam buah coklat itu sendiri," kata Tissa. Getah biji mengeluarkan
enzim alami. Pada proses ini perlu pengawasan karena kalau terlalu lama, maka
hasilnya tidak akan bagus.
Tujuan fermentasi adalah untuk mematikan lembaga biji agar tidak tumbuh
sehingga perubahan-perubahan di dalam biji akan mudah terjadi, seperti warna
keping biji, peningkatan aroma dan rasa, perbaikan konsistensi keping biji dan
untuk melepaskan selaput lendir. Selain itu untuk menghasilkan biji yang tahan
terhadap hama dan jamur. Biji kakao difermentasikan di dalam kotak kayu
berlubang, dapat terbuat dari papan atau keranjang bambu. Fermentasi memerlukan
waktu 6 hari. Dalam proses fermentasi terjadi penurunan berat sampai 25%.
Ada dua cara
fermentasi :
1. Fermentasi dengan
kotak/peti fermentasi
a. Biji
kakao dimasukkan dalam kotak terbuat dari lembaran papan yang berukuran panjang
60 cm dengan tinggi 40 cm (kotak dapat menampung ± 100 kg biji kakao basah)
setelah itu kotak ditutup dengan karung goni/daun pisang.
b. Pada
hari ke 3 (setelah 48 jam) dilakukan pembalikan agar fermentasi biji merata.
c. Pada
hari ke 6 biji-biji kakao dikeluarkan dari kotak fermentasi dan siap untuk
dijemur.
2. Fermentasi
menggunakan keranjang bambu
a. Keranjang
bambu terlebih dahulu dibersihkan dan dialasi dengan daun pisang baru kemudian
biji kakao dimasukan (keranjang dapat menampung ± 50 kg biji kakao basah)
b. Setelah
biji kakao dimasukan keranjang ditutup dengan daun pisang.
c. Pada
hari ke 3 dilakukan pembalikan biji dan pada hari ke 6 biji-biji dikeluarkan
untuk siap dijemur.
·
Fermentasi ini
bertujuan untuk memudahkan melepas lender dari permukaan kulit biji sehingga
dapat menghasilkan biji dengan mutu dan aroma dan cita rasa yang baik, selain
itu juga membuat biji jadi tahan hama dan amur.
·
Beberapa alat fermentasi
antara lain : kotak fermentasi terbuat dari lembaran papan atau berupa
keranjang bamboo, hamparan daun pisang atau karung goni
·
Teknik fermentasi
pada dasarnya biji dimasukkan ke dalam kotak fermentasi yang terbuat dari
bamboo atau papan, dihamparkan diatas daun pisang dan ditutup juga dengan daun
pisang, dilakukan selama 3 hari untuk dilakukan pembalikan dan pada hari ke
enam, biji siap dikeluarkan untuk dilakukan pengeringan
·
Untuk memisahkan
lendir dapat juga dilakukan dengan menggunakan depulper untuk mempercepat
proses fermentasi.
5.
Perendaman Dan Pencucian
Tujuan perendaman dan pencucian adalah untuk menghentikan proses
fermentasi dan memperbaiki kenampakan biji. Perendaman berpengaruh terhadap
proses pengeringan dan rendemen. Selama proses perendaman berlangsung, sebagian
kulit biji kakao terlarut sehingga kulitnya lebih tipis dan rendemennya
berkurang. Sehingga proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah perendaman,
dilakukan pencucian untuk mengurangi sisa-sisa lendir yang masih menempel pada
biji dan mengurangi rasa asam pada biji, karena jika biji masih terdapat lendir
maka biji akan mudah menyerap air dari udara sehingga mudah terserang jamur dan
akan memperlambat proses pengeringan.
6.
Pengeringan
Biji cokelat hasil fermentasi kemudian dikeringkan dan disortir manual dengan tangan. Pada tahap ini, biji akan dipilah-pilah berdasarkan berat jenisnya. Cara mudahnya adalah dengan menghitung berat per 100 gram. Dalam 100 gram biji coklat yang bagus, harus terdiri 80-90 biji. "Maksimal 95 biji," kata Irvan Helmi, salah satu pendiri Pipiltin. Di luar jumlah tersebut, maka kualitasnya buruk. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam biji dari 60% sampai pada kondisi kadar air dalam biji tidak dapat menurunkan kualitas biji dan biji tidak ditumbuhi cendawan. Pengeringan dapat dilakukan dengan dengan menjemur di bawah sinar matahari atau secara buatan dengan menggunakan mesin pengering atau kombinasi keduanya. Dengan sinar matahari dibutuhkan waktu 2-3 hari, tergantung kondisi cuaca, sampai kadar air biji menjadi 7-8%. Sedangkan dengan pengeringan buatan berlangsung pada temperatur 65° – 68° C.
Biji cokelat hasil fermentasi kemudian dikeringkan dan disortir manual dengan tangan. Pada tahap ini, biji akan dipilah-pilah berdasarkan berat jenisnya. Cara mudahnya adalah dengan menghitung berat per 100 gram. Dalam 100 gram biji coklat yang bagus, harus terdiri 80-90 biji. "Maksimal 95 biji," kata Irvan Helmi, salah satu pendiri Pipiltin. Di luar jumlah tersebut, maka kualitasnya buruk. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam biji dari 60% sampai pada kondisi kadar air dalam biji tidak dapat menurunkan kualitas biji dan biji tidak ditumbuhi cendawan. Pengeringan dapat dilakukan dengan dengan menjemur di bawah sinar matahari atau secara buatan dengan menggunakan mesin pengering atau kombinasi keduanya. Dengan sinar matahari dibutuhkan waktu 2-3 hari, tergantung kondisi cuaca, sampai kadar air biji menjadi 7-8%. Sedangkan dengan pengeringan buatan berlangsung pada temperatur 65° – 68° C.
Pelaksanaan pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur, atau
memakai mesin pengering. Pada proses pengeringan terjadi sedikit fermentasi lanjutan dan
kandungan air menurun dari 55- 60 % menjadi 6-7 %, selain itu terjadi pula
perubahan-perubahan kimia untuk menyempurnakan pembentukan aroma dan warna yang
baik. Suhu pengeringan sebaiknya antara 55-66 ºc dan waktu yang
dibutuhkan bila memakai mesin pengering antara 20-25 jam, sedang bila dijemur waktu yang dibutuhkan ± 7
hari apabila cuaca baik,tetapi apabila banyak hujan penjemuran ± 4 minggu. Bila
biji kurang kering pada kandungan air diatas 8% biji mudah ditumbuhi jamur.
7.
Penyortiran / Pengelompokan
Biji kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan berdasarkan
mutunya. Sortasi dilakukan setelah 1-2 hari dikeringkan agar kadar air
seimbang, sehingga biji tidak terlalu rapuh dan tidak mudah rusak, sortasi
dapat dilakukan dengan menggunakan ayakan yang dapat memisahkan biji kakao dari
kotoran.
Pengelompokan kakao
berdasarkan mutu :
Mutu AA jumlah biji per 100 gr maksimal 85 biji, mutu A jumlah biji per
100 gr maksimal 100 biji, mutu B jumlah biji per 100 gr maksimal 110 biji, mutu
C jumlah biji per 100 gr maksimal 120 biji. Proses sortasi ini dilakukan untuk
memisahkan biji yang baik dengan yang cacat, atau juga kuli dan daun-daunan
yang terikut. Proses ini dilakukan setelah 1-2 hari biji kakao pasca pengeringan
8.
Pemanggangan
Tak cukup dikeringkan, biji coklat harus dipanggang. "Biar aromanya
keluar," kata Tissa. Pada proses ini, tiap biji memiliki suhu dan waktu
pemanggangan yang berbeda.
9.
Winnowing
Rampung panggang, biji masuk ke proses pemisahan cangkang dan inti biji
(nibs). Biasanya cangkang yang setengah hancur itu akan terpisah dalam
proses pengayaan.
10. Grinding
Dalam bentuk setengah hancur, inti biji coklat (nibs) digiling
halus. Akan lebih bagus kalau alat penggilingnya adalah batu. Nantinya dari
hancuran massal ini berupa cairan coklat yang kental.
11. Pengadukan
Cairan cokelat kental berupa pasta tersebut kemudian ditambahi susu dan
gula untuk menambah rasa.
12. Couching
Dari pasta berasa agak manis tersebut, masuklah ke proses pengadukan.
"Proses ini sekaligus cara untuk mengurangi keasaman," kata Tissa.
Selama tiga hari, pasta berasa tersebut diaduk nonstop hingga mengeluarkan hawa
panas yang menandai bahwa rasa asam dari pasta berkurang.
13. Tempering
Ini adalah proses akhir pengolahan cokelat yang memisahkan jenis cokelat
berdasarkan pengolahan susu. Dalam tahap ini biasanya dihasilkan cocoa
butter dan cocoa powder. "Cocoa butter itulah
yang sering disebut cokelat putih karena warnanya seperti mentega," kata
Tissa. Dalam tahap ini pulalah, cokelat gelap atau dark chocolate biasanya
dicetak dalam bentuk bar atau batangan.
Pengolahan Bubuk Kakao
Dari biji kakao kering dapat diolah menjadi bubuk kakao, dengan tahapan
sebagai berikut :
1. Pertama (penyangraian)
Proses penyangraian dimaksudkan untuk memudahkan proses penghalusan
kakao, serta meningkatan aroma dan citarasa coklat, menggunakan wajan atau alat
penyangrai ( roaster). Bila sudah tercium aroma khas coklat, maka proses
penyangraian segera dihentikan dan didinginkan dalam nampan dengan cara
mengipasi sambil diaduk.
2. Kedua (pemisahan biji)
Untuk pemisahan keping biji kakao dari kulit ari dapat dilakukan dengan
cara biji kakao ditumbuk kasar didalam nampan. Kemudian ditampi untuk
memisahkan kulit atau menggunakan alat pemisah kulit kakao ( desheler)
3. Ketiga (penggilingan)
Dapat menggunakan cara tradisional yaitu menggiling dengan cobek atau
dapat juga menggunakan alat pengupas yang fungsingnya memperhalus partikel
pasta dan bubuk coklat.
4. Keempat (pengepresan)
Pengepresan dilakukan dengan menggunakan alat pengempa lemak hidrolik
yang dapat menghasilkan pasta kasar untuk kemudian dipanaskan dengan suhu 40-
50 derajat celcius, tujuannya untuk memisahkan kandungan lemak dengan pasta
kakao.
5. Kelima (penggilingan pendinginan)
Pasta kasar yang diperoleh dari hasil pengepresan didinginkan, sehingga
membentuk cake (padatan) untuk selanjutnya dilakukan penggilingan dengan mesin
pembubuk coklat yang menghasilkan partikel lebih halus dalam bentuk bubuk
coklat.
6. Keenam (pengemasan)
Pengemasan bubuk coklat dilakukan dengan menggunakan bahan plastik yang
tebalnya 0,8 mm atau alluminium foil dengan menggunakan alat vakum ( vakum
sealer). Alat ini mampu mempertahankan mutu produk didalam kemasan. Kapasitas
dari vakumsealer ini bisa mencapai 1-15 bungkus/batch.
7. Ketujuh (penyimpanan)
Bubuk coklat disimpan ditempat yang tidak terkena sinar matahari
langsung agar suhunya tidak berfluktuasi.
Pengolahan Biji
Kakao Menjadi Coklat :
1.
Biji kakao
dibersihkan untuk menghilangkan semua bahan yang asing.
2.
Biji kakao
selanjutnya akan dipanggang/disangrai untuk membawa keluar rasa coklat dan
warna biji (roasted). Suhu, waktu dan tingkat kelembaban pada saat
penyangraian (roasted) tergantung pada jenis biji yang digunakan dan jenis
cokelat atau produk yang akan dihasilkan.
3.
Sebuah mesin
penampi (winnowing machine) akan digunakan untuk memisahkan kulit biji dan biji
kakao.
4.
Biji kakao kemudian
akan mengalami proses alkalisasi, biasanya menggunakan kalium karbonat, untuk
mengembangkan rasa dan warna.
5.
Setelah di
alkalisasi, biji kakao kemudian memasuki proses penggilingan untuk membuat
cocoa liquor (kakao partikel tersuspensi dalam cocoa butter). Suhu dan tingkat
penggilingan bervariasi sesuai dengan jenis mesin penggilingan yang digunakan
dan produk yang akan dihasilkan.
6.
Setelah biji kakao
menjadi cocoa liquor, biasanya produsen akan menambahkan bahan pencampur,
seperti kacang untuk menambah citra rasa coklat. Umumnya menggunakan lebih dari
satu jenis kacang dalam produk mereka, yang dicampur bersama-sama dengan
formula yang dibutuhkan.
7.
Tahapan selanjunya
adalah mengekstrak the cocoa liquor dengan cara dipress/ditekan untuk
mendapatkan lemak coklat (cocoa butter) dan kakao dengan massa padat yang
disebut cocoa presscake. Persentasi lemak kakao yang dipress disesuaikan dengan
keinginan produsen sehingga komposisi lemak coklat (cocoa butter) dan cocoa
presscake berbeda-beda.
8.
Pengolahan sekarang
menjadi dua arah yang berbeda. Lemak coklat akan digunakan dalam pembuatan
coklat. Sementara cocoa presscake akan dihaluskan menjadi coklat dalam bentuk
bubuk.
9.
Lemak coklat (cocoa butter) selanjutnya akan
digunakan untuk memproduksi coklat melalui penambahan cocoa liquor. Bahan-bahan
lain seperti gula, susu, pengemulsi agen dan cocoa butter ditambahkan dan
dicampur. Proporsi bahan akan berbeda tergantung pada jenis cokelat yang
dibuat.
10.
Campuran kemudian
mengalami proses pemurnian sampai pasta yang halus terbentuk (refining).
Refining bertujuan meningkatkan tekstur dari coklat.
11.
Proses selanjutnya,
conching, untuk mengembangkan lebih lanjut rasa dan tekstur coklat. Conching
adalah proses menguleni atau smoothing. Kecepatan, durasi dan suhu conching
akan mempengaruhi rasa. Sebuah alternatif untuk conching adalah proses
pengemulsi menggunakan mesin yang bekerja seperti pengocok telur.
12.
Campuran ini
kemudian melewati pemanasan, pendinginan dan proses pemanasan kembali. Hal ini
mencegah perubahan warna dan lemak coklat dalam produk tersebut. Hal
ini untuk mencegah perubahan warna dan melelehnya coklat dalam produk.
13.
Campuran ini
kemudian dimasukkan ke dalam cetakan atau digunakan untuk pengisi enrobing dan
didinginkan di ruang pendingin.
14.
Cokelat ini
kemudian dikemas untuk distribusi ke outlet ritel.
Plant Diatas
Dilengkapi Dengan :
Begitu proses
pengolahan biji kakao dimuali, biji kakao tersebut pertama-tama harus
dibersihkan dari benda-benda lain seperti kotoran, debu, besi, batu, dan
lain-lain dengan menggunakan mesin yang dilengkapi dengan saringan, pemisah
besi (magnet) dan juga pemisah debu yang dilengkapi dengan ducting.
System Permbersihan
Biji Kakao terdiri dari :
·
Mesin Ayakan
·
Mesin Pemisah Besi
(magnet)
·
Mesin Pemisah Debu
dan Kotoran
·
Tempat Bahan Baku
Biji Kakao
·
Bucket Elevator
·
Screw Conveyor
·
Pipa Ducting untuk
Cyclone + Rotary Valve juga Blower
·
Rangka
Biji kakao kemudian
dimasukkan kedalam tabung yang berputar yang dilengkapi dengan lapisan keramik
pemanas sehingga menghasilkan sinar infra merah (infra-red) sehingga terjadi
effect "popping" pada biji kakao tersebut sehingga antara nib dan
kulit terpisah. Pada proses ini juga terjadi proses sterilisasi segala
kontaminan yang masih terbawa dari proses sebelumnya.
System Pengeringan Biji Kakao terdiri dari :
System Pengeringan Biji Kakao terdiri dari :
·
Bucket Elevator
·
Screw Conveyor
·
Infrared Dryer
·
Tempat Bahan Baku
Biji Kakao
·
Pipa Ducting untuk
Cyclone + Rotary Valve juga Blower
·
Rangka
Biji kakao yang sudah dikeringkan
tersebut kemudian dipecahkan dengan menggunakan suatu alat sehingga pecah
berkeping-keping, kemudian diayak menjadi beberapa ukuran sambil kulitnya
dipisahkan dengan menggunakan system hisapan udara. Inti biji kakao yang diperolah
disebut “nib”.
Winnowing terdiri dari :
·
Bucket Elevator
·
Mesin Pemecah Biji
Kakao
·
Mesin Pemisah Nib dan
Kulit
·
Tempat Bahan Baku
Biji Kakao
·
Pipa Ducting untuk
Cyclone + Rotary Valve juga Blower
·
Rangka
Dengan menambahkan
larutan Potash (K2CO3) atau setara maka pH dari nib menjadi naik sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan warna. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan
berbagai macam warna coklat yang nantinya akan dihasilkan terutama pada produk
akhir yang berupa tepung coklat. Nib tersebut kemudian digarang dan
disterilisasi. Pada proses ini warna dan aroma akan terbentuk. Lamanya
waktu penggarangan dan panas yang diberikan menjadi faktor penentu utama dan
penting untuk mendapatkan produk yang optimal dan diinginkan.
Proses Alkali dan Penggarangan tediri dari :
Proses Alkali dan Penggarangan tediri dari :
·
Alkalizer
·
b. Bucket Elevator
·
c. Screw Conveyor
·
d. Mesin Penggarang
(Roaster)
·
e. Mesin Pendingin
(Cooler)
·
f. Tempat Bahan Baku
Biji Kakao
·
g. Pipa Ducting untuk
Cyclone + Rotary Valve juga Blower
·
h. Rangka
Nib yang sudah
digarang kemudian dihancurkan (digiling) hingga menjadi halus melalui 3 (tiga)
tahapan proses penggilingan. Hasil gilingan yang didapat disebut coklat
pasta (cocoa liquor).
Penggilingan Nib terdiri dari :
Penggilingan Nib terdiri dari :
·
Bucket Elevator
·
b. Screw Conveyor
·
c. Pre-Grinding
(Gilingan tahap 1)
·
d. Intermediatte
Grinding / Ball Mill (Gilingan tahap 2)
·
e. Fine Grinding /
Ball Mill (Gilingan tahap 3)
·
f. Mesin Ayakan
·
g. Tanki Penampungan
·
h. System Transport
berupa Pompa dan Pemipaan
Sebelum dikempa (Press) coklat pasta yang dihasilkan harus terlebih
dahulu dikondisikan dengan cara di mixer dan dipanaskan. Kemudian setelah
itu barulah bisa dikempa (Press) sehingga diperoleh minyak coklat yang
optimal. Ampas sisa dari proses kempa (Press) menjadi padat yang disebut
"Cocoa Cake" yang kemudian disalurkan ke conveyor.
Pengempaan (Press) Minyak Coklat terdiri dari :
Pengempaan (Press) Minyak Coklat terdiri dari :
·
System Penanganan
Coklat Pasta
·
Tangki Bahan Baku
·
System Transport
berupa Pompa dan Pemipaan d. Mesin Kempa (Press) Minyak Coklat
·
Conveyor untuk Cake
·
Mesih Pemecah Cake
·
Screw Conveyor
·
Mesin Penyaring
(Filter Press)
Minyak coklat yang
diperoleh kemudian disaring dan di "deodorized" untuk menghilangkan
partikel padat yang mungkin masih terbawa, minyak ini kemudian didinginkan dan
dikemas, yang mana untuk coklat pasta akan langsung didinginkan dan dikemas
saja.
System Pembuatan Minyak Coklat Blok terdiri dari :
System Pembuatan Minyak Coklat Blok terdiri dari :
·
System Penanganan
Minyak Coklat
·
Tangki Penyimpanan
·
System Transport
berupa
·
Pompa dan Pemipaan
·
Mesin Tempering
·
System Penimbangan
dan Pengepakan
·
System Air Panas dan
Dingin
·
Cooling Tunnel
Cocoa Cake yang
dihasilkan dari mesin kempa (Press) kemudian di salurkan ke mesin penghancur
cake, kemudian hasilnya disalurkan ke mesin giling untuk digiling sehingga
diperoleh tepung yang kemudian dimasukkan ke "Crystallizer" untuk
mendapatkan tepung coklat yang mempunyai struktur kristal dan warna akhir yang
stabil untuk mencegah terjadinya perubahan struktur.
Cocoa Powder Plant
consist of :
·
System Penanganan
Cocoa Cake
·
Screw Cooling
·
Bucket Elevator
·
Mesin Giling Cake
·
Tanki Penampungan
·
Crystallizer
·
Pipa Ducting untuk Cyclone
+ Rotary Valve juga Blower
·
System Penimbangan
dan Pengepakan
Biji
Kakao Kualitas Terbaik
Buah
Kakao Yang Siap Dipanen
Pemetikan
Buah Kakao
Buah
Kakao Yang Telah Dibelah Beserta Isinya
Fermentasi
Biji Kakao
Sangrai
Buah Kakao
Tidak ada komentar:
Posting Komentar