BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman flora (biodiversity)
berarti keanekaragaman senyawa kimia (chemodiversity) yang kemungkinan
terkandung di dalamnya baik yang berupa metabolisme primer (metabolit primer)
seperti protein, karbohidrat, dan lemak yang digunakan oleh tumbuhan itu
sendiri untuk pertumbuhannya ataupun senyawa kimia dari hasil metabolisme
sekunder (metabolit sekunder) seperti terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid,
dan alkaloid. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya
mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari
gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya. Hal ini
memacu dilakukannya penelitian dan penelusuran senyawa kimia terutama metabolit
sekunder yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan. Seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, seperti teknik pemisahan, metode analisis, dan uji
farmakologi. Senyawa hasil isolasi atau senyawa semi sintetik yang diperoleh
dari tumbuhan sebagai obat atau bahan baku obat.
Metabolisme sekunder juga disebut
metabolisme khusus adalah istilah untuk jalur dan molekul kecil produk dari
metabolisme yang tidak mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme.
Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah banyak digunakan untuk zat
warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya. Serta banyak jenis
tumbuhan yang digunakan sebagai obat-obatan, dikenal sebagai obat tradisional
sehingga perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan tumbuh-tumbuhan
berkhasiat dan mengetahui senyawa kimia yang bermanfaat sebagai obat.
B.
Rumusan Masalah
a.
Apa yang dimaksud dengan senyawa alkaloid dan apa
fungsinya?
b.
Bagaimana proses sintesis alkaloid?
c.
Tanaman apa saja yang mengandung senyawa alkaloid?
d.
Apa yang dimaksud dengan senyawa terpenoid dan apa
fungsinya?
e.
Bagaimana proses sintesis terpenoid?
f.
Tanaman apa saja yang mengandung senyawa terpenoid?
C.
Tujuan
a.
Mengatahui pengertian dari senyawa alkaloid beserta
fungsinya.
b.
Menetahui bagaimana proses sintesis alkaloid pada
tumbuhan.
c.
Mengetahui tanaman-tanaman yang mengandung senyawa
alkaloid.
d.
Mengetahui pengertian dari senyawa terpenoid beserta
fungsinya.
e.
Mengetahui proses sintesis terpenoid pada tumbuhan.
f.
Mengetahui tanaman yang mengandung senyawa terpenoid.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Alkaloid
Senyawa kimia terutama senyawa organik hasil
metabolisme dapat dibagi dua yaitu yang pertama senyawa hasil metabolisme
primer, contohnya karbohidrat, protein, lemak, asam nukleat, dan enzim. Senyawa
kedua adalah senyawa hasil metabolisme sekunder, contohnya terpenoid, steroid,
alkaloid dan flavonoid.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang
terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi.
Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan
monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa
organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini
disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam
struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat
memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Sebagai contoh, morfina
sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi
sebagai antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai
stimulan syaraf (Ikan, 1969). Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana
termasuk golongan alkaloid tapi atom N (Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai
lurus atau alifatis.
Meyer’s Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan
bahwa alkaloid terjadi secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan
sering dibedakan berdasarkan kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini
terdiri atas karbon, hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya
mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat
basa) dikarenakan adanya sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen
sehingga dapat mendonorkan sepasang elektronnya. Kesulitan mendefinisikan
alkaloid sudah berjalan bertahun-tahun.
Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga
ditentukan. Trier menyatakan bahwa sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan,
istilah yang beragam senyawa alkaloid akhirnya harus ditinggalkan (Hesse,
1981).Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat,
berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning).
Alkaloid sering kali optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang
dijumpai di alam, meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan
pada kasus lain satu tumbuhan mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain
mengandung enantiomernya (Padmawinata, 1995). Ada juga alkaloid yang berbentuk
cair, seperti konina, nikotina, dan higrina.
A. Prinsip dasar pembentukan Alkaloid
Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting,
senyawa ini terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam
amino esensial yang merupakan standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino
alanin, arginin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamat , glutamin,
glisin, histidine, isoleusin, leusin, lysin, metionin, fenilalanine, prolin,
serine, treonine, triptopan, tirosine, and valin(4). Dari 20 jenis asam amino
yang disebutkan diatas, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam
amino yaitu ornitin dan lisin
yang menurunkan alkaloid alisiklik,
fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid
indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi
mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu
senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap
oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga
ditemukan dalam biosintesis alkaloid. Kemudian reaksi yang mendasari
pembentukan alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan karbanion
dalam kondensasi hingga terbentuklah alkaloid.
Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan
reaksi-reaksi sekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur
alkaloida. Salah satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi
rangkap oksidatif fenol pada posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini
berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.
Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen
menghasilkan gugus metoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil
ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh
keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat,
fenilpropanoid dan poliasetat.
Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi
oksidasi pada gugus amina yang diikuti oleh reaksi Mannich yang menghasilkan
tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan esterifikasi menghasilkan
hiosiamin (2).
B. Fungsi Alkaloid
Alkaloid telah
dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama karena
pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di bidang farmasi,
tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa pendapat
mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut (Padmawinata,
1995):
a. Alkaloid
berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan
(salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
b. Pada beberapa
kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa
tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini
tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat
‘manusia sentris’.
c. Alkaloid dapat
berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid
menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang
lainnya menghambat.
d. Semula disarankan
oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa, dapat
mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan.
Salah satu contoh
alkaloid yang pertama sekali bermanfaat dalam bidang medis adalah morfin yang
diisolasi tahun 1805. Alkaloid diterpenoid yang diisolasi dari tanaman memiliki
sifat antimikroba. Solamargine, suatu glikoalkoid dari tanaman berri solanum
khasianum mungkin bermanfaat terhadap infeksi HIV dan infeksi intestinal yang
berhubungan dengan AIDS.
Ketika alkaloid
ditemukan memiliki efek antimikroba temasuk terhadap Giarde dan Entamoeba, efek
anti diare utama mereka kemungkinan disebabkan oleh efek mereka pada usus
kecil. Berberin merupakan satu contoh penting alkaloid yang potensial efektif
terhadap typanosoma dan plasmodia. Mekanisme kerja dari alkaloid kuartener
planar aromatik seperti berberin dan harman dihubungkan dengan kemampuan mereka
untuk berinterkalasi dengan DNA.
Berikut adalah beberapa
contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang farmakologi :
Senyawa Alkaloid
(Nama Trivial) |
Aktivitas Biologi
|
Nikotin
|
Stimulan pada syaraf otonom
|
Morfin
|
Analgesik
|
Kodein
|
Analgesik, obat batuk
|
Atropin
|
Obat tetes mata
|
Skopolamin
|
Sedatif menjelang operasi
|
Kokain
|
Analgesik
|
Piperin
|
Antifeedant (bioinsektisida)
|
Quinin
|
Obat malaria
|
Vinkristin
|
Obat kanker
|
Ergotamin
|
Analgesik pada migraine
|
Reserpin
|
Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi
|
Mitraginin
|
Analgesik dan antitusif
|
Vinblastin
|
Anti neoplastik, obat kanker
|
Saponin
|
Antibakteri
|
C. Tanaman Penghasil Alkaloid
Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam.
Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai
jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit,
biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa
alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Alkaloid dihasilkan oleh
banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur), tumbuhan, dan hewan.
Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik
ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat
disebabkan oleh alkaloid. Istilah "alkaloid" (berarti "mirip
alkali", karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai oleh Carl
Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk
menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat
basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina, serta
solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong
alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada
batasan yang jelas untuknya.
Cokelat adalah makanan yang diolah dari biji kakao.
Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan
anandamida yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini
banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan,
cokelat jika dimakan dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan
tekanan darah.
Tembakau mengandung senyawa alkaloid, diantaranya
adalah nikotin. Nikotin termasuk dalam golongan alkaloiod yang terdapat dalam
famili Solanaceae. Nikotin dalam jumlah banyak terdapat dalam tanaman tembakau,
sedang dalam jumlah kecil terdapat pada tomat, kentang dan terung. Nikotin dan
kokain dapat pula ditemukan pada daun tanaman kota. Kadar nikotin berkisar
antara 0,6-3,0 % dari berat kering tembakau, dimana proses biosintesisnya
terjadi di akar dan terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin terjadi dari
biosintesis unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Fungsi nikotin adalah
sebagai bahan kimia antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat
sensitif bagi serangga, sehingga nikotin digunakan sebagai insektisida pada
masa lalu.
Kecubung adalah tumbuhan
penghasil bahan obat-obatan yang telah dikenal sejak ribuan tahun,di antaranya
Datura Stramonium, Datura tatura, dan Brugmansia suaviolens, namun daya khasiat
masing-masing jenis kecubung, berbeda-beda. Penyalahgunaan kecubung memang
sering terjadi, sehingga bukan obat yang didapat malah racun (menyebabkan
pusing) yang sangat berbahaya. Hampir seluruh bagian
tanaman kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini disebabkan seluruh
bagiannya mengandung alkaoida atau disebut hiosamin (atropin) dan scopolamin,
seperti pada tanaman Atropa belladona.Alkahoid
ini bersifat racun sehingga pemakaiannya terbatas pada bagian luar. Biji
kecubung mengandung hiosin dan lemak, sedangkan daunnya mengandung kalsium
oksalat. Berkhasiat mengobati rematik, sembelit, asma, sakit pinggang, bengkak,
encok, eksim, dan radang anak telinga.
Kopi juga termasuk ke dalam tanaman yang mengandung
senyawa alkaloid. Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi. Kafein
kopi merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari
tanaman kopi dan memilik rasa yang pahit.
Buah pare dalam bahasa latin disebut Momordica
charantia L berasal dari kawasan Asia Tropis.
Buahnya mengandung albiminoid, karbohidrat, dan zat warna, daunnya mengandung
momordisina, momordina, karantina, resin, dan minyak lemak. Bijinya mengandung
saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. Manfaat buah ini dapat
merangsang nafsu makan, menyembuhkan batuk, memperlancar pencernaan,
membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, dapat menyembuhkan
penyakit kuning, juga cocok untuk menyembuhkan mencret pada bayi.
II.
Terpenoid
Dalam tumbuhan biasanya
terdapat senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon teroksigenasi yang merupakan
senyawa terpenoid. Kata terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan
istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis semua senyawa
tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari
molekul isoprene CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh
penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah
menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam senyawa
tersebut, 2 (C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40).
Terpenoid terdiri atas
beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu monoterpena
dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena menguap, yaitu
triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Masing-masing
golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan metabolisme maupun
pada ekologi tumbuha. Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8). Terpenoid
merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan
secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena. Senyawa
ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alcohol, aldehid
atau atom karboksilat. Mereka berupa senyawa berwarna, berbentuk kristal,
seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optic yang umumnya sukar dicirikan
karena tak ada kereaktifan kimianya.
A. Sintesa Terpenoid
Secara umum biosintesa
terpenoid terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1. Pembentukan isoprena aktif
berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan
ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-, dan
poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor dan ekor
dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.
asam asetat setelah
diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam
asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan
kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana
ditemukan pada asam mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi,
eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya
berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren
aktif bergabung secara kepada ke-ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini
merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan
terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan
rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti
oleh penyingkiran ison pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat
(GPP) yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.
Penggabungan selanjutnya
antara satu unit IPP dan GPP, dengan mekanisme yang sama seperti antara IPP dan
DMAPP, menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara
bagi semua senyawa seskuiterpen. Senyawa-senyawa diterpen diturunkan dari geranil-geranil
pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara atau satu unit IPP dan
GPP dengan mekanisme yang sama pula.
Bila reaksi organik
sebagaimana tercantum dalam Gambar 2 ditelaah lebih mendalam, ternyata bahwa
sintesa terpenoid oleh organisme adalah sangat sederhan a sifatnya. Ditinjau
dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis
reaksi dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP dan GGPP
untuk menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan
beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah
hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat
berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti
isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya.
5.
Klik gambar untuk
memperbesar
Dari persamaan reaksi di
atas terlihat bahwa pembentukan senyawa-senyawa monoterpen dan senyawa
terpenoida berasal dari penggabungan 3,3 dimetil allil pirofosfat dengan
isopentenil pirofosfat.
Secara umum terpenoid terdiri dari
unsur-unsur C dan H dengan rumus molekul umum (C5H8)n.
Klasifikasi biasanya tergantung pada nilai n.
Nama
|
Rumus
|
Sumber
|
Monoterpen
|
C10H16
|
Minyak Atsiri
|
Seskuiterpen
|
C15H24
|
Minyak Atsiri
|
Diterpen
|
C20H32
|
Resin Pinus
|
Triterpen
|
C30H48
|
Saponin, Damar
|
Tetraterpen
|
C40H64
|
Pigmen, Karoten
|
Politerpen
|
(C5H8)n
n 8
|
Karet Alam
|
Dari rumus di atas sebagian
besar terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya merupakan kelipatan lima.
Penyelidikan selanjutnya menunjukan pula bahwa sebagian besar terpenoid
mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit C5
yang disebut unit isopren. Unit C5 ini dinamakan demikian
karena kerangka karbonnya seperti senyawa isopren. Wallach (1887) mengatakan
bahwa struktur rangka terpenoid dibangun oleh dua atau lebih molekul
isopren. Pendapat ini dikenal dengan “hukum isopren”.
B. Kegunaan
Terpenoid
Kegunaan terpenoid bagi
tumbuhan antara lain :
a.
Fitoaleksin
Fitoaleksin adalah suatu senyawa anti-mikrobial yang dibiosintesis (dibuat) dan
diakumulasikan oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari mikroorganisme patogen atau terpapar senyawa kimia tertentu dan radiasi dengan sinar UV.
b.
Insect antifectan,
repellant
c. Pertahanan tubuh
dari herbifora
d. Feromon Hormon
tumbuhan.
Feromon adalah sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki daya pikat seks pada hewan jantan maupun betina].
Bioaktivitas terpenoid pada akar dan daun Jatropha gaumeri (jarak).
Karena pada tanaman ini terkandung golongan senyawa terpenoid dan juga pada
ekstrak daun ini memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan. Aktivitas
tersebut dihasilkan dengan isolasi dan identifikasi pada akar yang menghasilkan
2-epi-jatrogossidin (1). Salah satunya suatu rhamnofolane diterpene dengan
aktifitas antimicrobial, dan kedua 15-epi-4E jatrogrossidentadione (2), suatu
lathyrane diterpene tanpa aktivitas biologi. Dengan cara yang sama, pemurnian
dengan penelitian yang telah diuji dari ekstrak daun dapat mengdentifikasi
sitosterol dan triterpen amaryn, traraxasterol. Metabolit ini ternyata bisa
digunakan sebagai aktifitas antioxidant.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
metabolisme sekunder
(metabolit sekunder) seperti terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid, dan
alkaloid. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya
mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari
gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya.
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam
bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N
(Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik
atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada
manusia dan hewan.
Terpenoid merupakan senyawa
yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara
biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena. Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alcohol, aldehid atau
atom karboksilat.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar