Translate

Senin, 05 Desember 2016

Kloid dan Larutan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah
Tanpa kita sadari, selama ini di kehidupan kita sangat banyak yang berkaitan dengan zat kimia yang dapat kita jumpai dalam berbagai bentuk. Baikl itu padat, cair maupun gas. Selain itu salah satu bentuknya adalah seperti larutan (cair) maupun kloid. Kita contohkan kedalam kehidupan sehari – hari, yaitu zat NaCl (garam dapur), dimana dalam bentuk padat dia bisa menambah cita rasa pada makanan, sedangkan apabila telah berbentuk cairan, dia dapat menghantarkan listrik dengan baik.
Demikian juga halnya dengan larutan – larutan lainnya, misalnya air suling, cuka, larutan gula, asam asetat, amoniak, asam sulfat dan lainnya. Sedangkan kloid juga banyak kita temui di kehidupan sehari – hari. Seperti susu yang tiap pagi kita minum dan pemerasan santan. Sangat banyak bahan kimia yang berupa larutan dan kloid yang banyak digunakan dikehidupan sehari – hari, industri, kesehatan, makanan dan lainnya.
1.2         Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Kloid dan Larutan?
2. Bagaimana cara membedakan Kloid dengan Larutan?
3. Bagaimanakah contoh dari Kloid dan Larutan?
1.3         Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Kimia Dasar I yang bertujuan unutk :
1.    Mengetahui pengertian dari Kloid dan Larutan
2.    Mengetahui bagaimana cara membedakan Kloid dengan Larutan
3.    Mengetahui contoh dari Kloid dan Larutan
1.4         Manfaat Penulisan
Baik penulis maupun pembaca dapat mengetahiu apa saja itu larutan atau kloid baik itu pengertian, perbedaan, contoh maupun proses pembuatannya.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Pengertian Larutan dan Koloid
2.1.1                       Larutan
2.1.1.1       Pengertian Larutan
Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih.
Campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
2.1.1.2       Jenis – jenis Larutan
Larutan dapat diklasifikasikan misalnya berdasarkan fase zat terlarut dan pelarutnya. Tabel berikut menunjukkan contoh-contoh larutan berdasarkan fase komponen-komponennya.
Contoh larutan
Zat terlarut
Gas
Cairan
Padatan
Pelarut
Gas
 (oksigen dan gas-gas lain dalam nitrogen)
Uap air di udara (kelembapan)
Bau suatu zat padat yang timbul dari larutnya molekul padatan tersebut di udara
Cairan
Etanol dalam air; campuran berbagai hidrokarbon (minyak bumi)
Sukrosa (gula) dalam air; natrium klorida (garam dapur) dalam air; amalgam emas dalam raksa
Padatan
Hidrogen larut dalam logam, misalnya platina
Air dalam arang aktif; uap air dalam kayu
Aloi logam seperti baja dan duralumin

2.1.1.3       Pembagian Larutan
2.1.1.3.1                Berdasarkan Hantaran Listrik
2.1.1.3.1.1                         Larutan Elektrolit
Larutan yang memiliki daya hantar listrik karena didalamnya mengandung ion.
2.1.1.3.1.1.1                        Larutan Elektrolit Kuat
Larutan yang daya hantar listriknya baik atau kuat karena zat terlarutnya terionisasi engan sempurna.
2.1.1.3.1.1.2                        Larutan Elektrolit Lemah
Larutan yang daya hantarnya tidak baik karena zat terlarutnya tidak terionisasi dengan baik.
2.1.1.3.1.2                         Larutan Non Elektrolit
Larutan yang tidak memiliki daya hantar karena didalamnya tidak mengandung ion.
No
Larutan Elektrolit
Larutan Non Elektrolit
1.
Mengandung Ion
Tidak Mengandung Ion
2.
Dapat menghantarkan Listrik (Konduktor)
Tidak dapat Menghantarkan Listrik (Isolator)
3.
Mempunyai Kutub (Polar)
Tidak mempunyai Kutub (Non Polar)
4.
Jika di tes dengan alat Elektrolit tester, maka akan menghasilkan Gelembung gas dan lampu menyala dengan terang
Jika di tes dengan alat Elektrolit tester, tidak ada Gelembung gas dan lampu tidak menyala
5.
Zat Terlarutnya dapat terIonisasi
Zat terlarutnya tidak dapat terIonisasi
6.
a=1 atau 0<a<1
a=0

No
Larutan Elektrolit Kuat
Larutan Elektrolit Lemah
1.
a=1
a=0<a<1
2.
Terionisasi Sempurna
Terionisasi Sebagian
3.
Daya Hantar Listriknya Baik (Kuat)
Daya hantar Listriknya Kurang Baik (Lemah)
4.
Jumlah Ion nya banyak
Jumlah Ion nya sedikit
5.
Jika di tes dengan alat Elektrolit tester, maka akan menghasilkan Gelembung gas dan lampu menyala dengan terang
Jika di tes dengan alat Elektrolit tester, maka akan menghasilkan Gelembung gas tetapi lampu redup/tidak menyala

2.1.1.3.2                Berdasarkan Reaksi Yang Terjadi
2.1.1.3.2.1                         Eksoterm
Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan turun.
2.1.1.3.2.2                         Endoterm
Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
2.1.1.3.3                Berdasarkan Pembagiannya
2.1.1.3.3.1                         Larutan Tak Jenuh
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
2.1.1.3.3.2                         Larutan Jenuh
Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
2.1.1.3.3.3                         Larutan Sangat Jenuh
Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).

2.1.1.3.4                Berdasarkan Banyak Sedikitnya Zat
2.1.1.3.4.1                         Larutan Pekat
Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding solvent.

2.1.1.3.4.2                         Larutan Encer
Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
2.1.1.4       Yang Tercangkup dalam Larutan

a. Konsentrasi

Konsentrasi larutan didefinisikan dengan salah satu dari ungkapan berikut:
Ungkapan konsentrasi
1.    persen massa (%) =(massa zat terlarut/ massa larutan) x 100
2.    molaritas (konsentrasi molar) (mol dm-3) =(mol zat terlarut)/(liter larutan)
3.    molalitas (mol kg-1) =(mol zat teralrut)/(kg pelarut)

b. Tekanan uap

Tekanan uap cairan adalah salah satu sifat penting larutan. Tekanan uap larutan juga penting dan bermanfaat untuk mengidentifikasi larutan. Dalam hal sistem biner, bila komponennya mirip ukuran molekul dan kepolarannya, misalnya benzen dan toluen, tekanan uap larutan dapat diprediksi dari tekanan uap komponennya. Hal ini karena sifat tekanan uap yang aditif. Bila larutan komponen A dan komponen B dengan fraksi mol masing-masing adalah xA dan xB berada dala kesetimbangan dengan fasa gasnya tekanan uap masing-masing komponen sebanding dengan fraksi molnya dalam larutan. Tekanan uap komponen A, pA,diungkapkan sebagai:
pA = pA0 xA … (7.2)
pA0 adalah tekanan uap cairan A murni pada suhu yang sama. Hubungan yang mirip juga berlaku bagi tekanan uap B, pB. Hubungan ini ditemukan oleh kimiawan Perancis Francois Marie Raoult (1830-1901) dan disebut dengan hukum Raoult. Untuk larutan yang mengikuti hukum Raoult, interaksi antara molekul individual kedua komponen sama dengan interaksi antara molekul dalam tiap komponen. Larutan semacam ini disebut larutan ideal. Gambar 7.6 menunjukkan tekanan uap larutan ideal sebagai fungsi konsentrasi zat teralrut. Tekanan total campuran gas adalah jumlah pA dan pB, masing-masing sesuai dengan hukum Raoult.
http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/pengantar/pengantarkimia-terjemah_img_73.jpg
Gambar 7.6 Tekanan total dan parsial larutan ideal.

c. Larutan ideal dan nyata

Sebagaimana juga perilaku gas nyata berbeda dengan perilaku gas ideal, perilaku larutan nyata berebeda dengan perilaku larutan ideal, dengan kata lain berbeda dari hukum Raoult. Gambar 7.7(a) menunjukkan kurva tekanan uap sistem biner dua cairan yang cukup berbeda polaritasnya, aseton Me2CO dan karbon disulfida CS2. Dalam hal ini, penyimpangan positif dari hukum Raoult (tekanan uap lebih besar) diamati. Gambar 7.7(b) menunjukkan tekanan uap sistem biner aseton dan khloroform CHCl3. Dalam kasus ini, penyimpangan negatif dari hukum Raoult diamati. Garis putus-putus menunjukkan perilaku larutan ideal. Peilaku larutan mendekati ideal bila fraksi mol komponen mendekati 0 atau 1. Dengan menjauhnya fraksi mol dari 0 atau 1, penyimpangan dari ideal menjadi lebih besar, dan kurva tekanan uap akan mencapai minimum atau maksimum.
http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/pengantar/pengantarkimia-terjemah_img_74.jpg
Gambar 7.7 Tekanan total dan parsial larutan nyata (25°C).
Penyebab penyimpangan dari perilaku ideal sebagian besar disebabkan oleh besarnya interaksi molekul. Bila pencampuran komponen A dan B menyebabkan absorpsi kalor dari lingkungan (endoterm), interaksi molekul antara dua komponen lebih kecil daripada pada masing-masing komponen, dan penyimpangan positif dari hukum Raoult akan terjadi. Sebaliknya, bila pencampuran menghasilkan kalor ke lingkungan (eksoterm), penyimpangan negatif akan terjadi.
Bila ikatan hidrogen terbentuk antara komponen A dan komponen B, kecenderungan salah satu komponen untuk meninggalkan larutan (menguap) diperlemah, dan penyimpangan negatif dari hukum Raoult akan diamati. Kesimpulannya, penyebab penyimpangan dari hukum Raoult sama dengan penyebab penyimpangan dari hukum gas ideal.

d. Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku

Bila dibandingkan tekanan uap larutan pada suhu yang sama lebih rendah dari tekanan uap pelarutnya. Jadi, titik didih normal larutan, yakni suhu saat fasa gas pelarut mencapai 1 atm, harus lebih tinggi daripada titik didih pelarut. Fenomena ini disebut dengan kenaikan titik didih larutan.
Dengan menerapkan hukum Raoult pada larutan ideal, kita dapat memperoleh hubungan berikut:
pA = pA0 xA = pA0 [nA /(nA + nB)] …. (7.3)
(pA0- pA)/ pA0 = 1 – xA = xB … (7.4)
xA dan xB adalah fraksi mol, dan nA dan nB adalah jumlah mol tiap komponen. Persamaan ini menunjukkan bahwa, untuk larutan ideal dengan zat terlarut tidak mudah menguap, penurunan tekanan uap sebanding dengan fraksi mol zat terlarut.
Untuk larutan encer, yakni nA + nB hampir sama dengan nA, jumlah mol nB dan massa pada konsentrasi molal mB diberikan dalam ungkapan.
xB = nB/(nA + nB) = nB/nA= nB/(1/MA) = MAmB … (7.5)
MA adalah massa molar pelarut A. Untuk larutan encer, penurunan tekanan uap sebanding dengan mB, massa konsentrasi molal zat terlarut B.
Perbedaan titik didih larutan dan pelarut disebut dengan kenaikan titik didih, http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/pengantar/delta.gifTb. Untuk larutan encer, kenaikan titik didih sebanding dengan massa konsentrasi molal zat terlarut B.
http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/pengantar/delta.gifTb = Kb mB … (7.6)
Tetapan kesebandingan Kb khas untuk setiap pelarut dan disebut dengan kenaikan titik didih molal.
Hubungan yang mirip juga berlaku bila larutan ideal didinginkan sampai membeku. Titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut. Perbedaan antara titik beku larutan dan pelarut disebut penurunan titik beku, http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/pengantar/delta.gifTf. Untuk larutan encer penurunan titik beku akan sebanding dengan konsentrasi molal zat terlarut mB
http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/pengantar/delta.gifTf = Kf mB … (7.7)
Tetapan kesebandingannya Kb khas untuk tiap pelarut dan disebut dengan penurunan titik beku molal.
Tabel 7.3 Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku molal.
Pelarut
titik didih (°C)
Kb
pelarut
titik beku (°C)
Kf
CS2
46
2.40
H2O
0
1.86
aseton 55,9
1,69
benzen
5,1
5,07
Benzene
79,8
2,54
asam asetat
16,3
3,9
H2O
100
0,51
kamfer
180
40

Di Tabel 7.3 beberapa nilai umum kenaikan titik didih dan penurunan titik beku molal diberikan. Dengan menggunakan nilai ini dan persamaan 7.6 dan 7.7 dimungkinkan untuk menentukan massa molar zat terlarut yang belum diketahui. Kini, penentuan massa molekul lebih mudah dilakukan dengan spektrometer massa. Sebelum spektrometer massa digunakan dengan rutin, massa molekul umumnya ditentukan dengan menggunakan kenaikan titik didih atau penurunan titik beku. Untuk kedua metoda, derajat kesalahan tertentu tak terhindarkan, dan keterampilan yang baik diperlukan agar didapatkan hasil yang akurat.

e. Tekanan osmosis

Membran berpori yang dapat dilalui pelarut tetapi zat terlarut tidak dapat melaluinya disebut dengan membran semipermeabel. Bila dua jenis larutan dipisahkan denga membran semipermeabel, pelarut akan bergerak dari sisi konsentrasi rendah ke sisi konsentrasi tinggi melalui membran. Fenomena ini disebut osmosis. Membran sel adalah contoh khas membran semipermeabel. Membran semipermeabel buatan juga tersedia.
Bila larutan dan pelarut dipisahkan membran semipermeabel, diperlukan tekanan yang cukup besar agar pelarut bergerak dari larutan ke pelarut. Tekanan ini disebut dengan tekanan osmosis. Tekanan osmosis larutan 22,4 dm3 pelarut dan 1 mol zat terlarut pada 0 °C adalah 1,1 x 105 N m-2.
Hubungan antara konsentrasi dan tekanan osmoisi diberikan oleh hukum van’t Hoff’s.
πV = nRT … (7.8)
π adalah tekanan osmosis, V volume, T temperatur absolut, n jumlah zat (mol) dan R gas. Anda dapat melihat kemiripan formal antara persamaan ini dan persamaan keadaan gas. Sebagaimana kasus dalam persamaan gas, dimungkinkan menentukan massa molekular zat terlarut dari hubungan ini.

f. Viskositas

Gaya tarik menarik antarmolekul yang besar dalam cairan menghasilkan viskositas yang tinggi. Koefisien viskositas didefinisikan sebagai hambatan pada aliran cairan. Gas juga memiliki viskositas, tetapi nilainya sangat kecil. Dalam kasus tertentu viskositas gas memiliki peran penting, misalnya dalam peawat terbang.
Viskositas
1.      Viskositas cairan yang partikelnya besar dan berbentuk tak teratur lebih tinggo daripada yang partikelnya kecil dan bentuknya teratur.
2.      Semakin tinggi suhu cairan, semakin kecil viskositasnya.
Dua poin ini dapat dijelaskan dengan teori kinetik. Tumbukan antara partikel yang berbentuk bola atau dekat dengan bentuk bola adalah tumbukan elastik atau hampir elastik. Namun, tumbukan antara partikel yang bentuknya tidak beraturan cenderung tidak elastik. Dalam tumbukan tidak elastik, sebagian energi translasi diubah menjadi energi vibrasi, dan akibatnya partikel menjadi lebih sukar bergerak dan cenderung berkoagulasi. Efek suhu mirip dengan efek suhu pada gas.
Koefisien viskositas juga kadang secara singkat disebut dengan viskositas dan diungkapkan dalam N s m-2 dalam satuan SI. Bila sebuah bola berjari-jari r bergerak dalam cairan dengan viskositas ηdengan kecepatan U, hambatan D terhadap bola tadi diungkapkan sebagai.
D = 6πhrU … (7.9)
Hubungan ini (hukum Stokes) ditemukan oleh fisikawan Inggris Gabriel Stokes (1819-1903).

g. Tegangan permukaan

Tegangan permukaan juga merupakan sifat fisik yang berhubungan dengan gaya antarmolekul dalam cairan dan didefinisikan sebagai hambatan peningkatan luas permukaan cairan. Awalnya tegangan permukaan didefinisikan pada antarmuka cairan dan gas. Namun, tegangan yang mirip juga ada pada antarmuka cairan-cairan, atau padatan dan gas. Tegangan semacam ini secara umum disebut dengan tegangan antarmuka. Tarikan antarmolekul dalam dua fas dan tegangan permukaan di antarmuka antara dua jenis partikel ini akan menurun bila tempeartur menurun. Tegangan antarmuka juga bergantung pada struktur zat yang terlibat. Molekul dalam cairan ditarik oleh molekul di sekitarnya secara homogen ke segala arah. Namun, molekul di permukaan hanya ditarik ke dalam oleh molekul yang di dalam dan dengan demikian luas permukaan cenderung berkurang. Inilah asal mula teori tegangan permukaan. Bentuk tetesan keringat maupun tetesan merkuri adalah akibat adanya tegangan permukaan.
Cairan naik dalam kapiler, fenomena kapiler, juga merupakan fenomena terkenal akibat adanya tegangan permukaan. Semakin besar tarikan antar molekul cairan dan kapilernya, semakin besar daya basah cairan. Bila gaya gravitasi pada cairan yang naik dan tarikan antara cairan dan dinding kapiler menjadi berimbang, kenaikan akan terhenti. Tegangan permukaan γ diungkapkan sebagai.
γ = rhdg/2 …. (7.10)
h adalah tinggi kenaikan cairan, r radius kapiler dan g percepatan gravitasi. Jadi, tegangan permukaan dapat ditentukan dengan percobaan.
2.1.1.5       Faktor – faktor yang pempengaruhi kelarutan
2.1.1.5.1                Suhu
Suhu mempengaruhi kelarutan suatu zat. Bayangkan dalam gedung bioskop yang banyak penonton sedang asyik menonton film dan tiba-tiba gedung tersebut terbakar. Pasti keadaan orang-orang tersebut akan berbeda, dari keadaan tenang menjadi saling berdesakan dan menyebar. Demikian pula pada suhu tinggi partikel-partikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi.
2.1.1.5.2                Daya Hantar
Air murni merupakan penghantar listrik yang buruk. Akan tetapi jika dalam air tersebut ditambahkan zat terlarut maka sifat daya hantarnya akan berubah sesua dengan jenis zat yang dilarutkan. Contoh, jika dalam air ditambahkan garam dapur, maka larutan ini akan dapat menghantarkan listrik dengan baik. Tetapi jika dalam air ditambahkan gula pasir, maka daya hantar listriknya tidak berbeda dengan air murni.
2.1.2                       Koloid
2.1.2.1       Pengertian Koloid
Campuran Homogen adalah campuran yg tidak dapat dibedakan antara zat pelarut dan zat terlarutnya. Campuran Heterogen adalah campuran yg masih bisa dibedakan antara zat pelarut dan zat terlarutnya.
Diantara suspensi (campuran Heterogen) dan larutan (campuran Homogen) terdapat suatu sistem campuran yg disebut sistem koloid.
2.1.2.2       Sifat – sifat Koloid
2.1.2.2.1                Dapat Menghamburkan Cahaya
Larutan > menghantarkan cahaya
Koloid > menghamburkan cahaya (efek tyndall)
2.1.2.2.2                Gerak Brown
Partikel koloid senantiasa bergerak terus menerus dengan gerakan patah-patah (zig-zag) yang kemudian dikenal dengan Gerak Brown
Gerak Brown ini pertama kali dikemukakan oleh Robert Brown, pada waktu mempelajari gerak serbuk  tepung sari di atas air.
2.1.2.2.3                Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik, pergerakan ini lah yang disebut elektroforesis.    
Koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif)
Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif)
2.1.2.2.4                Adsorbsi
Partikel koloid akan bermuatan listrik, apabila partikel koloid menyerap ion yang bermuatan, dan ion tersebut menempel pada permukaan koloid
2.1.2.2.5                Koagulan
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid, sehingga kestabilan system koloid menjadi hilang.
Penyebab koagulasi pada system koloid, antara lain karena pengaruh :
                 pemanasan,
                 pendinginan,
                 pencampuran elektrolit
2.1.2.2.6                Koloid Pelindung
Adalah suatu sistem koloid yang ditambahkan pada koloid lain, sehingga dihasilkan koloid yang stabil.                           
Misalnya : pada pembuatan es krim, agar dihasilkan es krim yang lembut, perlu ditambahkan gelatin    sebagai koloid pelindung.
2.1.2.2.7                Dialis
Dialisis adalah, suatu proses untuk  menghilangkan ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid
Pada proses ini, sistem koloid yang berada dalam kantong koloid, dimasukkan ke dalam bejana yang      berisi air mengalir.
2.1.2.2.8                Koloid Liofil dan Liofob
Liofil adalah koloid yang mempunyai gaya tarik menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya.
Liofob adalah koloid yang gaya tarik menarik antara zat terdispersi dengan mediumnya tidak ada atau sangat lemah.
2.1         Perbedaan Larutan dan Koloid
2.1.1        Koloid
-            2 fase (Jika fasenya cair, tercampur dengan fase lainnya)
-            Keruh
-            Antara homogen dengan heterogen (maksudnya di sini, jika dilihat sekilas
-            Terlihat seperti campuran homogen namun jika dilihat di mikroskop ultra
bersifat campuran heterogen)
-            Diameter partikel: 1 nm < d < 100 nm
-            Tidak dapat disaring dengan penyaring biasa, melainkan dengan penyaring ultra
-            Tidak memisahkan jika didiamkan
-            Partikelnya berdimensi antara 1 nm smapai 100 nm
-            Pada umumnya stabil
-            Tidak dapat disaring kecuali dengan penyaring ultra
2.1.2        Larutan
-            1 fase (Jika fasenya cair, tidak bercampur dengan fase lainnya)
-            Jernih
-            diameter partikel  <1 nm
-            tidak dapat disaring
-            tidak memisah jika didiamkan
-            Homogen, tidak dapat di bedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra
-            Semua partikelnya berdimensi (panjang, lebar, atau tebal) kurang dari 1 nm
-            Stabil
-            Tidak dapat di pisahkan

Larutan
(Dispersi Molekuler)
Koloid
(Dispersi Koloid)
Suspensi
(Dispersi Kasar)
Contoh:
larutan gula dalam air
Contoh:
Campuran susu dengan air
Contoh:
Campuran tepung terigu dengan air
  1. Homogen, tak dapat dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra
  2. semua partikelnya berdimensi (panjang, lebar atau tebal) kurang dari 1 nm
  3. Satu fase
  4. Stabil
  5. Tidak dapat disaring
  6. Jernih
  7. tidak memisah jika didiamkan
  1. Secara makroskopis bersifat homogen tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra
  2. Partikelnya berdimensi antara 1 nm sampai 100 nm
  3. dua fase
  4. Pada umumnya stabil
  5. tidak dapat disaring kecuali dengan penyaring ultra
  6. tidak jernih
  7. tidak memisah jika didiamkan
  1. heterogen
  2. Salah satu atau semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100 nm
  3. dua fase
  4. tidak stabil
  5. dapat disaring
  6. tidak jernih
  7. memisah jika didiamkan




2.2         Contoh Larutan dan Koloid di berbagai bidang
2.2.1             Contoh Larutan
-          Air Aki
-          Larutan Isotonik
-          Larutan gula
-          Larutan garam
-          Pembuatan sirup
2.2.2             Contoh Koloid
-            Zat Terdispersi : Gas Zat Pendisspersi : Cair Wujud Koloid : Busa Contoh : Busa sabun, krim kocok
-            Zat Terdispersi : Gas Zat Pendisspersi : Padat Wujud Koloid : Busa Padat Contoh : Batu apung, karet busa
-            Zat Terdispersi :Cair Zat Pendisspersi : Gas Wujud Koloid : Aerosol cair Contoh : Kabut, awan, aerosol, spray
-             Zat Terdispersi : Cair Zat Pendisspersi : Cair Wujud Koloid : Emulsi
       Contoh : Susu cair, cokelat cair, saos
-            Zat Terdispersi : Cair Zat Pendisspersi : Padat Wujud Koloid : Emulsi Padat Contoh : Keju, mentega, jeli
-            Zat Terdispersi : Padat Zat Pendisspersi : Gas Wujud Koloid : Aerosol padat Contoh : Asap, debu
-            Zat Terdispersi : Padat Zat Pendisspersi : Cair Wujud Koloid : Sol
       Contoh : Cat, selai, gelatin,
-            Zat Terdispersi : Padat Zat Pendisspersi : Padat Wujud Koloid : Sol Padat Contoh : Kaca rubi, obatan-obatan

BAB III
PENUTUP

1.1         Kesimpulan
Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih.
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
1.2         Saran
Semoga kita lebih teliti dan mengenal bahan kimia dan melihat bagaimanakah aplikasinya di lingkungan kita. Selain itu jangan semua cairan dinggap larutan, bisa jadi itu koloid atau suspensi.

DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar