Translate

Senin, 05 Desember 2016

Polarimeter

TUJUAN
§  Mengenal metode penentuan sudut putar untuk penentuan konsentrasi suatu senyawa yang bersifat optik aktif
§  Mengukur sudut putar bidang polarisasi larutan sukrosa
§  Menentukan kadar sampel dalam larutan cuplikan
§  Mempelajari prinsip kerja polarimeter
§  Mengukur sudut putar jenis larutan gula sebagai fungsi konsentrasi.

TEORI DASAR
Cahaya merupakan gelombang elektromagnit yang terdiri dari getaran medan listrik dan getaran medan magnit yang saling tegak lurus. Bidang getar kedua medan ini tegak lurus terhadap arah rambatnya. Sinar biasa secara umum dapat dikatakan gelombang elektromagnit yang vektor-vektor medan listrik dan medan magnitnya bergetar kesemua arah pada bidang tegak lurus arah rambatnya dan disebut sinar tak terpolarisasi. Apabila sinar ini melalui suatu polarisator maka sinar yang diteruskan mempunyai getaran listrik yang terletak pada satu bidang saja dan dikatakan sinar terpolarisasi bidang (linear).
Bila arah transmisi polarisator sejajar dengan arah transmisi analisator,maka sinar yang mempunyai arah getar yang sama dengan arah polarisator akan diteruskan seluruhnya.Tetapi apabila arah transmisi polarisator tegak lurus terhadap arah analisator,maka tak ada sinar yang diteruskan.Apabila arahnya membentuk suatu sudut ,maka yang diteruskan hanya sebagian.Sinar terpolarisasi linear yang melalui suatu larutan optis aktif akan mengalami pemutaran bidang polarisasi.
Cahaya dari lampu sumber, terpolarisasi setelah melewati prisma Nicol pertama yang disebut polarisator. Cahaya terpolarisasi kemudian melewati senyawa optis aktif yang akan memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan arah tertentu. Prisma Nicol ke dua yang disebut analisator akan membuat cahaya dapat melalui celah secara maksimum.
Bila cahaya polikromatik dilewatkan pada prisma Nicol akan diperoleh suatu cahaya monokromatik dan cahaya ini disebut cahaya terpolarisasi. Suatu isomer optis aktif dapat berinteraksi dengan cahaya terpolarisasi dan memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan suatu sudut yang dilambangkan dengan dan disebut rotasi optik. Alat yang digunakan untuk mengukur besaran adalah polarimeter.
Polarimeter adalah instrument ilmiah yang digunakan untuk mengukur sudut rotasi yang disebabkan oleh melewati cahaya terpolarisasi melalui optic aktif substansi. Beberapa zat kimia optic aktif, dan terpolarisasi (alias searah) cahaya akan memutar baik ke kiri (berlawanan arah jarum jam) atau ke kanan (searah jarum jam) ketika melawati zat ini. Jumlah dimana cahaya diputar dikenal sebagai sudut rotasi.
Isomer optis merupakan senyawa-senyawa dengan rumus molekul sama tetapi tatanan atom-atomnya dalam ruang berbeda. Isomer-isomer optis dapat mengalami reaksi yang sama, mempunyai sifat fisika yang mirip, perbedaan isomer-isomer tersebut terletak pada interaksinya dengan bidang cahaya terpolarisasi. Bila cahaya terpolarisasi dilewatkan pada larutan isomer optis, maka isomer aktif ini akan memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan arah tertentu. Isomer optis mengandung atom karbon asimetris (atom karbon yang mengikat empat atom/gugus yang berbeda) dalam strukturnya.
Bila cahaya polikromatik dilewatkan pada prisma Nicol akan diperoleh suatu cahaya monokromatik dan cahaya ini disebut cahaya terpolarisasi. Suatu isomer optis aktif dapat berinteraksi dengan cahaya terpolarisasi dan memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan suatu sudut yang dilambangkan dengan dan disebut rotasi optik. Alat yang digunakan untuk mengukur besaran adalah polarimeter. Isomer optis merupakan senyawa-senyawa dengan rumus molekul sama tetapi tatanan atom-atomnya dalam ruang berbeda. Isomer-isomer optis dapat mengalami reaksi yang sama, mempunyai sifat fisika yang mirip, perbedaan isomer-isomer tersebut terletak pada interaksinya dengan bidang cahaya terpolarisasi.
Bila cahaya terpolarisasi dilewatkan pada larutan isomer optis, maka isomer aktif ini akan memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan arah tertentu. Isomer optis mengandung atom karbon asimetris (atom karbon yang mengikat empat atom/gugus yang berbeda) dalam strukturnya.
Polarimeter merupakan instrument scientific yang digunakan untuk mengukur penyebab sudut rotasi, menggunakan cahaya polarisasi secara terus menerus pada subtansi optik aktif. Pada polarimeter terdapat polarisator dan analisator, dimana polarimeter adalah Polaroid yang dapat mempolarisasikan cahaya, sedangkan analiastor adalah Polaroid yang dapat menganalisa atau mempolarisasikan cahaya.
Cahaya merupakan gelombang elektromagnit yang terdiri dari getaran medan listrik dan getaran medan magnit yang saling tegak lurus. Bidang getar kedua medan ini tegak lurus terhadap arah rambatnya. Sinar biasa secara umum dapat dikatakan gelombang elektromagnit yang vektor-vektor medan listrik dan medan magnitnya bergetar kesemua arah pada bidang tegak lurus arah rambatnya dan disebut sinar tak terpolarisasi. Apabila sinar ini melalui suatu polarisator maka sinar yang diteruskan mempunyai getaran listrik yang terletak pada satu bidang saja dan dikatakan sinar terpolarisasi bidang (linear).
Skema dari alat polarimeter dapat dilihat pada gambar berikut.
Cahaya dari lampu sumber, terpolarisasi setelah melewati prisma Nicol pertama yang disebut polarisator. Cahaya terpolarisasi kemudian melewati senyawa optis aktif yang akan memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan arah tertentu. Prisma Nicol ke dua yang disebut analisator akan membuat cahaya dapat melalui celah secara maksimum.
Rotasi optis yang diamati/diukur dari suatu larutan bergantung kepada jumlah senyawa dalam tabung sampel, panjang jalan/larutan yang dilalui cahaya, temperatur pengukuran, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Untuk mengukur rotasi optik, diperlukan suatu besaran yang disebut rotasi spesifik yang diartikan suatu rotasi optik yang terjadi bila cahaya terpolarisasi melewati larutan dengan konsentrasi 1 gram per mililiter sepanjang 1 desimeter. Rotasi spesifik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
-          a = rotasi optik (yang teramati)
-          c = konsentrasi larutan gram/mL larutan
-          l = panjang jalan/larutan yang dilalui cahaya dalam desimeter
-          = panjang gelombang cahaya (bila menggunakan lampu natrium dilambangkan dengan “D“)
-          t = temperatur (0C).
Molekul dengan satu atom karbon asimetris merupakan molekul kiral (tidak simetris), molekul demikian dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi. Molekul/senyawa tersebut dinamakan senyawa/isomer optis aktif. Molekul dengan dua atau lebih atom karbon asimetris, tidak selalu membentuk molekul kiral. Dengan demikian mungkin saja terdapat molekul yang mempunyai atom-atom karbon asimetris tetapi tidak optis aktif. Isomer optis dengan dua atom karbon asimetris adalah 2-bromo-3- kloro butana. Isomer-isomernya adalah:
Cahaya dari lampu sumber, terpolarisasi setelah melewati prisma Nicol pertama yang disebut polarisator. Cahaya terpolarisasi kemudian melewati senyawa optis aktif yang akan memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan arah tertentu. Prisma Nicol ke dua yang disebut analisator akan membuat cahaya dapat melalui celah secara maksimum.

Rotasi optik yang termati dapat berupa rotasi yang searah jarum jam, rotasi ini disebut putar kanan dan diberi tanda (+), sedangkan senyawa yang diukurnya disebut senyawa dekstro (d). Rotasi yang berlawanan dengan arah jarum jam disebut putar kiri dan diberi tanda (-), senyawanya disebut senyawa levo (l).
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penggunaan polarimeter, yaitu:
§  Larutan sampel harus jernih atau tidak mengandung partikel yang tersuspensi di dalamnya. Partikel tersebut akan menghamburkan cahaya yang melewati larutan.
§  Tidak terdapat gelembung udara pada tabung sampel saat diisi larutan.
§  Selalu dimulai dengan menentukan keadaan nol untuk mengkoreksi pembacaan.
§  Pembacaan rotasi optik dilakukan beberapa kali, sampai didapat data yang dapat dihitung rata-ratanya.
Polerimetri dapat digunakan untuk mengukur rotasi optik, konsentrasi sampel, dan juga untuk menghitung komposisi isomer optik dalam campuran rasemik. Menurut Anonim (2010), besarnya perputaran bidang polarisasi tergantung pada :
§  Struktur molekul
§  Panjang gelombang
§  Temperatur
§  Konsentrasi
§   Panjang pipa polarimeter
§  Banyaknya molekul pada jalan cahaya, dan
§  Pelarut
 Polarisasi karena pemantulan
Bila sinar datang pada cermin datar dengan sudut datang 570, maka sinar pantul merupakan sinar terpolarisasi
Polarisasi karena pembiasan dan Pemantulan
Cahaya terpolarisasi dapat diperoleh dari pembiasan dan pemantulan. Hasil percobaan para ahli fisika menunjukkan bahwa cahaya pemantulan terpolarisasi sempurna jika sudut datang θ1 mengakibatkan sianr bias dengan sinar pantul saling tegak lurus. Sudut datang seperti itu disebut sudut polarisasi atau sudut Brewster.
Polarisasi karena pembiasan ganda (bias kembar)
Jika cahaya melalui kaca, maka cahaya lewat dengan kelajuan yang sama ke segala arah. Ini disebabkan kaca hanya memiliki satu indeks bias. Tetapi, bahan-bahan kristal tertentu seperti kalsitt dan kuarsa memiliki dua indeks bias sehingga kelajuan cahay tidak sama untuk segala arah. Jadi, cahaya yang melalui bahan ini akan mengalami pembiasan ganda.
Gelombang cahaya terpolarisasi terletak pada satu bidang yaitu bidang getar cahaya. Apabila cahaya terpolarisasi dilewatkan pada larutan salah satu enansiomer, maka bidang getarnya akan mengalami perubahan posisi, yaitu berputar ke arah kanan atau kiri.
Tabel rotasi spesifik beberapa senyawa optis aktif
Senyawa
Pelarut
Temperature oC
Rotasi Spesifik
Champor
Alcohol
25
+ 43,8o
Sukrosa
Air
20
+ 66,5o
D-glukosa
Air
20
+ 52,5o
L-fruktosa
Air
20
-  93,0o
Laktosa
Air
15
+ 56,0o
Maltose
Air
20
+ 136,9o
Asam tartarat
Air
20
+ 13,4o

PROSEDUR KERJA
a.    Alat yang digunakan
§  Polarimeter
§  Buret schelbach 50 mL
§  Gelas piala 250 mL
§  Labu ukur 50 mL
§  Standar dan klem
§  Labu semprot
§  Batang pengaduk
b.   Bahan yang digunakan
§  Larutan sukrosa 25%
§  Aquades
§  Larutan sampel
c.    Gambar Alat

Gambar alat Polarimeter
 
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSe6upbuhD6GZmrgD0S4iqZC7trVQY53JYtDIDNbHRc0oLHRFTT5g

d.   Cara Kerja
Pembuatan Larutan Standar
§  Diambil larutan induk sukrosa 25%, kemudian dimasukkan ke dalam buret schelbach 50 mL.
§  Setelah itu dibuat larutan standar dengan konsentrasi 0, 2%, 4%, 8%, 12% dan 20% dengan mengencerkan larutan sukrosa 25% di dalam labu ukur 50 mL, setelah itu ditambahkan aquades dan dipaskan sampai tanda tera. Lalu dihomogenkan.
§  Kemudian diukur sudut putaran optis larutan standar dengan menggunakan Polarimeter. 
Pengukuran dengan Polarimeter
§  Hubungkan alat dengan sumber arus listrik dan ON kan alat, tekan tombol pada bahagian belakang pada posisi “DEG” dan dibiarkan stabil.
§  Buka tutup polarimeter, tempatkan pada posisi vertical, isi penuh dengan aquades, usahakan seminimal mungkin adanya udara yang terperangkap. Tempatkan posisi tabung pada bagian tengah alat polarimeter (jika ada gelembung kecil, tempetkan dia pada bagian yang tabung yang besar) lalu tutup. Lakukan pengamatan pada jenis okuler, atur seperlunya agar pengamatan didapat cukup tajam.
§  Jika pengamatan indicator menunjukkan Gelap-Terang, tekan tombol “R dan TEMP” secara bersamaan sampai zero set menyala, atau jika pengamatan indicator menunjukkan Terang-Gelap, tekan tombol “L dan TEMP” secara bersamaan sampai zero set menyala. Pengamatan pada bahagian indicator didapat (baur-baur) merata. Tekan tombol ZERO SET indicator alat akan menunjukkan 0.00 .
§  Diukur larutan standar 0, 2%, 4%, 8%, 12% dan 20% yang telah dibuat tadi. Jika pengamatan indicator menunjukkan Gelap-Terang, maka tekan tombol “R” sampai didapat baur-baur (untuk zat yang dextro rotary) atau pengamatan indicator menunjukkan Terang-Gelap, maka tekan tombol “L” sampai didapat baur-baur (untuk zat yang leuvo rotary).
§  Pada saat didapatkan baur-baur dicatat nilai sudut putaran optisnya. Pengamatan dilakukan dua kali, namun dari arah datang yang berbeda. Kedua nilai yang didapat dirata-ratakan.
§  Setelah larutan standar diukur maka ganti dengan larutan sampel yang telah disediakan, lakukan hal yang sama dan dapatkan nilai putaran optisnya.
§  Dibuat kurva kalibrasi standar, dan gunakan kurva ini untuk menentukan kadar Cx (sampel) ataupun dengan menentukan persamaan regresi linear pengukuran polarimetris.

HASIL DAN PERHITUNGAN
Pembuatan Larutan Standar


Sukrosa 0 %
V1 . N1  = V2 . N2                
V1 . 25%  = 25 mL . 0%     
V1  = 0 mL                                                    
Sukrosa 2%                                                   
V1 . N1  = V2 . N2               
V1 . 25%  = 25 mL . 2%
V1  = 2 mL 
Sukrosa 4 %                                      
V1 . N1    = V2 . N2
V1 . 25% = 25 mL . 4%
V1 = 4 mL                                                 
Sukrosa 8%
V1 . N1  = V2 . N2
V1 . 25%  = 25 mL . 8%
V1  = 8 mL 
Sukrosa 12%
V1 . N1    = V2 . N2
V1 . 25% = 25 mL . 12%
V1 = 12 mL


Sukrosa 20%
V1 . N1    = V2 . N2
V1 . 25% = 25 mL . 20%
V1 = 20 mL 


Pengukuran Deret Standar
Rumus : a =
Ket :
           
           

Sukrosa(X)
Putaran Optis
I
II
Rata-rata (y)
0%
0
0
0
2%
0,35
2,25
1,3
4%
0,80
2,60
1,7
8%
1,40
2,80
2,1
12%
3,10
2,85
2,97
20%
4,30
4,20
4,25
Sampel (cx)
0,45
2,30
1.375



Konsentrasi dan sudut putaran :
Konsentrasi (%)
Sudut Perputaran
0 %
0
2 %
1,3
4 %
1,7
8 %
2,1
12 %
2,97
20 %
4,25

Pengolahan Data Kurva Kalibrasi Standar
No.
x (%)
y
x.y
x2
y2
1
0
0
0
0
0
2
2
1,3
2,6
4
1,69
3
4
1,7
6,8
16
2,89
4
8
2,1
16,8
64
4,41
5
12
2,97
35,64
144
8,82
6
20
4,25
85
400
18,06
Jumlah
46
12,32
146,84
628
35,87
rata-rata
9,2
2,464


Perhitungan Pencarian :
R         =
=
=
=  0,9971

b          =
            =
            =
            =
            = 0.1733
a          = y – bx
            = 2,464 – 0,1733 (9,2)
            = 0,8696
Persamaan regresinnya :      y = a + bx
                                                            y = 0,8696 + 0,1733(x)


Pengukuran Larutan Sampel
Untuk Cx : a1 = 0,45 dan a2 = 2,30
 
·           Konsentrasi (Cx) Larutan Tugas
Putaran Optis larutan tugas     : 1,375                   (Y)
Persamaan Regresi                  :
y = 0,8696 + 0,1733(x)

1,375               = 0,8696 + 0,1733(x)
0,1733(x)         = 1,375 – 0,8696
Cx                   =
Cx                    2,9  %   →    (Cx)
·           Volume Cx
       V1 . %1                 = V2 .%2
            V1.25%            = 25 ml . 2,9 %
·           V Sukrosa Cx               
 =
                           = 2,9  mL          (Cx)


DISKUSI
Pada percobaan mengukur sudut putaran optis dari larutan sukrosa maka dapat diketahui nilai sudut putaran optis dari senyawa optis aktif ini adalah 2,9 % besaran ini didapatkan dari pengukuran gelap-terang ke baur-baur (a1) dan dari terang-gelap ke baur-baur dari cx yang didapatkan.(a2).
Dari percobaan yang dilakukan dan melihat kurva kalibrasi standar maka dapat diketahui bahwa konsentrasi dan jenis larutan akan mempengaruhi sudut putar. Semakin tinggi konsentrasi maka sudut putar dari senyawa optis aktif atau larutan sukrosa akan semakin tinggi pula.
Hal penting yang harus diperhatikan pada percobaan ini yaitu pada pengisian tabung (kuvet) tidak boleh menghasilkan gelembung udara, sebab gelembung udara tersebut membentuk cekungan pada larutan sehingga dapat mempengaruhi intensitas cahaya yang terpolarisasi, akibatnya berpengaruh pada besarnya sudut putar suatu sampel. Besarnya sudut putar suatu sampel bergantung pada jenis senyawa, suhu panjang gelombang cahaya terpolarisasi dan konsentrasi. Akan tetapi pada percobaan ini hanya ingin diketahui pengaruh konsentrasi terhadap besarnya sudut putar dari larutan sukrosa dan fruktosa.

KESIMPULAN
§  Setelah dilakukan praktikum pengukuran senyawa optis aktif yakni larutan sukrosa dengan metode polarimetri, didapatkan cx 2,9 %
§  Makin tinggi konsentrasi larutan, maka semakin besar pula sudut putarnya.
§  Besarnya sudut putar suatu larutan dapat diketahui dengan polarimeter

SARAN
§  Sebaiknya saat pengisian larutan sampel ke dalam kuvet tidak ada gelembung agar data yang diperoleh lebih akurat.
§  Lakukan pengamatan ketika senyawa tersebut tepat dalam keadaaan baur- baur .
§  Bersihkan kuvet sebelum melakukan pengukuran daya putar optisnya.


DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-PRESS
Tim Dosen Kimia Analisis Instrumen. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Makassar: Laboratorium Kimia FMIPA UNM.
Zemansky, Sears. 1994. Fisika untuk Universitas 3 Optika. Jakarta: Bina cipta.
https://himka1polban.wordpress.com/laporan/spektrofotometri/laporan-polarimetri/
https://plus.google.com/114492956029982328315/posts/YKzF9EjtwoC


 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar